Kampung Blangkon di Sleman, Layani Pesanan dari Keraton Hingga Luar Negeri

Kampung Blangkon di Sleman, Layani Pesanan dari Keraton Hingga Luar Negeri

Edzan Raharjo - detikNews
Minggu, 28 Agu 2016 12:34 WIB
Foto: Edzan Rahardjo/detikcom
Sleman - Usaha masyarakat membuat blangkon di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin menggeliat. Di dusun Beji, Sidoarum, Godean, Sleman terdapat puluhan warga yang membuat kerajinan blangkon yang cukup terkenal yang produknya dikirim ke luar negeri.

Blangkon dikenakan sebagai penutup kepala dan dipasangkan dengan pakaian tradisional. Untuk Yogyakarta, blangkon memilik ciri khas mondholan dibagian belakangnya. Kampung Beji di Sleman ini dikenal sebagai sentra pembuatan blangkon khas Yogyakarta. Banyak kalangan yang memesan untuk dibuatkan blangkon ditempat ini mulai dari Keraton, artis, politisi hingga konsumen dari luar negeri.

Salah satu warga perajin blangkon, Khoirudin(66) yang mulai membuka usaha blangkon tahun 1980 mengaku keterampilan membuat blangkon merupakan turun temurun dari keluarga. Di kampungya dalam satu RT terdapat 20an perajin blangkon yang tergabung paguyuban. Ia mengaku pesanan blangkon cukup banyak bahkan kadang kewalahan karena tenaga kerja yang terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keraton belum lama pesan 1500 blangkon untuk abdi dalemnya. Dibuat oleh perajin-perajin di sini. Terus ada yang pesan untuk dibawa ke Korea, Jepang, ada yang ke Suriname. Ke luar Jawa seperti Kalimantan juga ada," kata Khoirudin di tempat usahanya di Beji, Sidoarum, Godean, Sleman.

Selain itu, ia juga pernah dapat pesanan dari politisi seperti Roy Suryo, kemudian juga kalangan artis seperti Rafi Ahmad saat akan pesta pernikahan untuk suvernir. Membuat blangkon yang sudah ditekuninya puluhan tahun membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Jika hati tidak tenang, pikiran stress, sulit untuk bisa membuat blangkon.

"Satu blangkon butuh waktu sekitar 3 jam untuk membuatnya. Harga jualnya macam-macam, yang paling tinggi Rp 250 ribu, paling murah Rp 50 ribu. Kalau pakai batik tulis mahal, yang cap murah,"katanya.

Foto: Edzan Rahardjo/detikcom


Untuk menjalankan usaha membuat blangkon seringkali terkendala dengan sulitnya mencari tenaga kerja. Jarang anak muda yang mau menekuni membuat blangkon. Anak-anak muda tidak tertarik karena membuat blangkon perlu kesabaran dan harus duduk dalam waktu yang cukup lama.

Pihaknya berharap, pemerintah setempat memikirkan agar tenaga-tenaga untuk membuat blangkon tersedia. Mungkin dengan membuat kursus agar anak muda tertarik menekuni kerajinan blangkon ini.

Pekerja usaha pembuatan blangkon, Ade Isnawan (21) mengaku membuat blangkon memang butuh kesabaran. Sehari, ia mampu membuat 4 blangkon. Ia pun berharap suatu saat nanti bisa membuka usaha blangkon sendiri.

"Duduk terus kalau pas buat blangkon, jadi pegel pegel. Sulitnya itu pas ngelipat-ngelipat kainnya. Harus sabar, telaten,"katanya.


Ade Isnawan (Foto: Edzan Rahardjo/detikcom)
(slh/slh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads