Pada Kamis (25/8/2016) lalu, pasangan suami istri dari embarkasi Surabaya tertabrak motor yang dikendarai oleh warga Saudi di Jl Raya Ibrahim Al Halil, KM 1,7. Pemotor itu tidak menyalakan lampu dan menabrak keduanya saat menyeberang jalan pada malam hari. Padahal, jemaah Indonesia menyeberang saat lampu merah menyala.
Kecelakaan lainnya terjadi di pemondokan 206. Jemaah asal Padang menjadi korban tabrak lari saat menyeberang di kawasan Mahbas Jin. Jemaah tersebut terpisah dari rombongan, lalu menyeberang di jalanan. Pelaku penabrakan sampai saat ini belum tertangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecelakaan kadang tidak hanya terjadi karena kurang hati-hatian dari jemaah. Namun juga sangat dimungkinkan karena keteledoran pengendara. Karena itu, para jemaah perlu ekstra waspada dan menjaga keselamatan setiap saat.
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang jalanan kota Makkah agar terhindar dari kecelakaan:
1. Setir Kiri
Kendaraan di Arab Saudi menggunakan setir kiri. Artinya, lajur yang digunakan mobil pun berbeda dengan Indonesia. Bila di Indonesia, kita harus melihat ke arah kanan saat menyeberang, di Makkah kita harus melihat kendaraan dari arah kiri.
Bagi sebagian jemaah, kondisi ini bisa jadi membingungkan. Apalagi mereka yang lansia dan memiliki disorientasi tempat. Karena itu, bila memang harus menyeberang jalan dan tak ada alternatif lain, sebaiknya Anda tidak perlu buru-buru. Pastikan sudah tak ada kendaraan yang melintas di sisi kiri.
2. Gunakan Underpass
![]() |
Jemaah diimbau menggunakan underpass saat menyeberang. Di beberapa pemondokan, misalnya seperti kawasan Mahbas Jin, sudah disediakan underpass untuk menyeberang. Anda bisa menuju bus shalawat yang mengantar ke Masjidil Haram lewat underpass tersebut.
Sebagian jemaah Indonesia, pada Senin (27/8) masih banyak yang memilih menyeberang di jalanan ketimbang memakai underpass. Saat ditanya, alasannya bermacam-macam. Ada yang ingin lebih cepat, ada yang enggan capek, sebagian lagi mengaku tidak tahu ada underpass. Ada juga yang khawatir lewat underpass karena membawa jemaah lansia.
![]() |
Sekali lagi, lewat underpass jauh lebih aman dibandingkan dengan menyeberang jalanan yang lajurnya cukup lebar tersebut. Lebih baik ada ekstra tenaga yang dikeluarkan, daripada ada masalah kecelakaan.
3. Kecepatan Tinggi
Jalanan di kota Makkah sangat mulus. Mobil-mobil yang berseliweran pun dipacu dengan kecepatan tinggi. Walau ada pembatasan maksimal di beberapa jalan tertentu, namun sejauh pantauan di beberapa titik, pengendara di Arab Saudi kerap berkendara di atas 90 km/jam.
Yang perlu diperhatikan saat menyeberang di Makkah, tak semua kendaraan mau dan bisa berhenti saat kita melambaikan tangan. Kondisi ini berbeda dengan di Indonesia yang lebih 'ramah' pada pelambai tangan.
4. Marak Kecelakaan
Bila melihat kondisi-kondisi mobil di Makkah, maka sebagian ada yang penyok dan rusak bodinya. Menurut Syamsul, salah satu mukimin yang bertugas menjadi pengemudi tim Media Center Haji di Daker Makkah, frekuensi kecelakaan di Makkah sangat tinggi.
Karena itu, tak heran kondisi mobil-mobil yang berseliweran di jalanan tak mulus lagi.
![]() |
5. Menolong Korban Kecelakaan
Bila Anda menemukan korban kecelakaan di jalan, sebaiknya menghubungi petugas. Tidak disarankan untuk memberikan pertolongan langsung karena dikhawatirkan salah memberi pertolongan pertama dan bisa berpotensi berurusan dengan penegak hukum Saudi.
Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Wagirun Topan Tuwinangun pernah berpesan, dalam beberapa kasus kecelakaan, bisa jadi niat baik tak berujung dengan kebaikan. Orang yang mau menolong, namun melakukan tindakan sendiri, bisa jadi nanti ikut terlibat dalam proses hukumnya.
Karena itu, langkah yang perlu dilakukan saat terjadi kecelakaan adalah melaporkan pada petugas terdekat agar segera mendapat penanganan (mad/slh)