"Belum tahu, kalau disini ada bunker peninggalan Belanda, emang di bagian mana," kata Ahmad warga Kebon Bawang yang tengah menunggu kereta di stasiun tersebut, Jumat (26/8/2016).
"Selama ini tahunya ini bangunan cagar budaya saja. Tapi enggak tahu nilai sejarahnya di mana," sambungnya. Bunker ini memang tak dibuka untuk umum. Bunker tergenang air dan tertutup. Diduga ada lorong panjang sampai ke Sunda Kelapa dan Kota Tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kalau memang ada baiknya dibuat lokasi wisata aja," sambungnya.
Sedangkan Fakhri pengguna kereta lainya mengaku cerita bunker peninggalan Belanda sudah jadi rahasia umum. Namun secara langsung dirinya tidak pernah tahu letak bunker itu.
"Emang ada cerita, katanya ada akses jalan ke stasiun lewat Taman Komodo di terminal Tanjung Priok, tapi pintu masuk di mana saya enggak tahu. Karena sekilas itu cuma terminal biasa yang banyak angkot ngetem," kata Fakhri.
Sementara Wakil Kepala Stasiun Armidi menceritakan antusias dan harapan dari stasiun tersebut cukup tinggi. Hanya saja hal itu dirasa sulit untuk direalisasikan.
"Harapan kita terutama Daops 1 ini di samping sebagai stasiun transportasi. Kita juga ingin ada museum perkereta api, tapi sampai sekarang belum ada realisasi," kata Armidi.
Salah satu apresiasi oleh Armidi adanya niat Pemkot Jakarta Utara untuk membuat bazar di stasiun. Setidaknya hal itu dapat membantu promosi nilai wisata di Stasiun Tanjung Priok.
"Memang ada rencana mau ada kegiatan bazar. Setidaknya ini bisa jadi promosi wisata juga, semacam bazar santai di Stasiun Tanjung Priok," pungkasnya.
(edo/dra)