"Cuma dari cerita konon terdapat akses jalan tembus ke sana di Pelabuhan Sunda Kelapa sampai di Jakarta Kota kawasan Fatahilah. Tapi sampai sekarang penelusuran itu belum ditemukan," kata Wakil Kepala Stasiun Armidi saat berbincang-bincang, Jumat (26/8/2016).
Tidak hanya menjadi akses berbagai jalan yang jadi misteri. Konon, eksplorasi yang dilakukan tim cagar budaya tahun 2010 mendapati dua buah sendok yang diperkirakan berasal dari abad ke 20. Sendok itu diduga milik penghuni ruangan di bawah tanah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai sekarang kita belum dapat informasi, tapi kemungkinan ada saja karena ada barang yang tidak sempat dibawa oleh mereka. Konon jalan raya itu jalan untuk masuk orang dan lebar juga," bebernya.
"Konon katanya di situ terdapat semacam jalan bunker untuk mobil jeep wilis, ya itu seukuran itu ya. Mungkin dulu digunakan untuk manuver pulang pergi, karena kalau ke Jakarta jalan kaki lumayan jauh juga. Disamping itu dulu digunakan untuk mengangkut hasil bumi di jalan itu, memakai alat itu," sambungnya.
Armidi mengatakan bunker itu tidak ditutup oleh PT KAI. Selain itu penelusuran akses jalan itu dihentikan demi keselamatan orang banyak.
"Ditutup enggak masih ada lubang-lubang penggalian cuma enggak bisa ditelusuri sampai sekarang. Apalagi yang arah pelabuhan sudah tertutup benar, sedangkan kalau ke arah kota Jakarta masih ada, sisa-sisa penggalian juga masih ada," bebernya.
Sementara Halim (32) salah seorang petugas kebersihan di Stasiun Tanjung Priok menceritakan stasiun itu baru-baru ini saja dioperasikan. Sebelum diresmikan akses menuju bunker tertutupi oleh lumpur.
"Lumpurnya nutupin jalan masuk. Begitu diresmikan lumpurnya sudah dibersihkan," ujar pria yang telah bekerja dari tahun 2009.
Halim mengatakan setelah diresmikan oleh pemerintah, stasiun itu pernah didatangi oleh tim cagar budaya. Mereka datang untuk meneliti isi bangunan cagar budaya tersebut.
Dia mengatakan sisa penelitian cagar budaya adalah coak di lapisan tembok bagian dalam bunker. Tembok bunker itu dibuat berlapis-lapis dengan batu cadas.
"Temboknya bukan bata merah seperti ini, lapisan semennya tipis tapi padat dan rapat. Dibalik tembok yang ada pipa paralon air, masih terdapat jalan yang belok-belok. Dibagian ujung mentok ada tembok ditutupi," pungkasnya. (edo/dra)