"Hakikat dari BUMN kan agar bisa menjadi pertahanan di negara dalam konteks pelaksanaan project infrastruktur besar, kemudian setelah itu fungsinya untuk ekspansi ke luar mencari pasar baru di luar negeri," ungkap Iwan di Yangon, Myanmar, Jumat (26/8/2016).
Selama ini pemerintah Indonesia cenderung lebih fokus mencari investor untuk dalam negeri. Sementara BUMN menurut Iwan banyak bermain dalam project-project yang sebenarnya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peluang BUMN berinvestasi di negara lain, khususnya negara-negara tetangga di ASEAN, disebut Iwan bisa menjadi potensi bisnis bagus bagi Indonesia. Salah satunya adalah Myanmar. Apalagi saat ini Myanmar tengah banyak melakukan project-project infrastruktur menyusul dipindahkannya pusat pemerintahan mereka dari Yangon ke Nay Pyi Taw.
"Perpindahan capital of country jelas butuh infrastrukur. Peluang pasar baru sehingga menghasilkan devisa untuk negara kita.Tenaga kerja juga bisa pakai dari negara kita, tenaga ahli kita bisa dipakai di negara lain. Selama ini terbalik. Seharusnya di Indonesia, BUMN masuk untuk konsumsi kompleks saja. Untuk project yang lebih kecil biar perusahaan swasta lokal dan nasional," jelas Iwan.
Jika BUMN tidak bermain di cakupan proyek menengah ke bawah, menurutnya itu dapat memberi kesempatan kepada perusahaan swasta lokal untuk maju. BUMN bisa mengerjakan proyek besar di negara lain, apalagi disebut Iwan, saat ini sudah memasuki era pasar bebas ekonomi atau MEA.
"Dengan MEA kan sangat memungkinkan sekali. MEA harus jadi peluang kita mencari pasar baru, jangan justru dijadikan ancaman. Orang-orang Indonesian tenaga ahli kita bagus-bagus kok, mampu bersaing di tingkat internasional," ucap Ketua DPP Gerindra itu.
"Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja, wilayah yang bisa menjadi pasar baru untuk mereka. Myanmar bisa berpeluang besar jadi market karena mereka sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur. Waskita Karya, Adhi Karya, bisa masuk. BUMN-BUMN yang di bidang konstruksi lah," lanjut Iwan.
Saat ini, PT KAI Indonesia dikabarkan tengah menjajaki kerjasama dengan Myanmar. Iwan mengatakan, kerjasama tersebut dapat membawa keuntungan jika benar dilakukan. Ini yang akan coba didorong oleh anggota Komisi V tersebut kepada PT KAI.
"Kata pak Dubes, rencana kerjasama itu jadi bekas gerbong kereta kita yang sudah tidak terpakai dibawa ke sini. Kita sendiri yang jadi operatornya kerena Myanmar nggak punya kemampuan financial. Bargain-nya ke situ. Saya pikir itu lebih fair," sebut dia.
"Nanti sistemnya bagi hasil keuntungan. Itu yang akan didorong, salah satunya itu. PT KAI ke sini operasionalnya. Yang pasti kita dorong BUMN bidang infrastrukutr untuk ikut berpartisipasi," tambah Iwan.
Iwan meminta agar BUMN dapat lebih melebarkan sayapnya dengan mencari peluang pasar di negara-negara yang berpotensi mendatangkan keuntungan. BUMN disebutnya jangan hanya berani mengerjakan proyek besar di dalam negeri saja.
"Dari sisi ekonomi jangan beraninya jago kandang saja. Kalau proyek kecil, cukup perusahaan swasta. Maka kemarin ada MoU kan antara kementerian dan asosiasi-asosiasi konstruksi, BUMN nggak boleh masuk untuk proyek di bawah nilai Rp 50 M," ujarnya.
"Supaya ada pengembangan tekonologi dan tenaga-tenaga perusahaan lokal. Jadi untuk menghadapi pasar bebas, kita minta agar kemampuan daya saing BUMN lebih ditingkatkan," imbuh Iwan.
(elz/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini