"Survei Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional), generasi Z sudah meninggalkan (nilai luhur ke-Indonesia-an)," ujar pria yang akrab disapa Bang Zul.
Hal ini disampaikan Zul di hadapan ratusan kader NA dari seluruh Indonesia di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ring Road Barat, Bantul, Jumat (26/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perkembangan dunia, mereka tahu. (Tapi) tidak penting lagi soal Nusantara. Ini diperkirakan terjadi 50 tahun lagi," imbuhnya.
Zul bercerita, beberapa hari yang lalu dia mengunjungi sebuah SMA negeri di Jakarta. Namun dia dikejutkan dengan hampir semua siswanya tidak tahu apa itu NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Banyak yang tidak tahu nilai-nilai luhur ke-Indonesia-an. Di SMA di Jakarta, yang tahu NKRI hanya 3 orang yang angkat tangan dari 300 siswa. Soal Bhinneka Tunggal Ika, hanya 2 orang (yang tahu)," ceritanya.
Menurutnya, jika kondisi ini dibiarkan, bukan tak mungkin 50 tahun yang akan datang nilai ke-Indonesia-an akan dianggap tidak penting.
Terdapat dua hal yang harus disiapkan kader NA untuk mempersiapkan era yang serba tak terbatas saat ini. Dua hal itu yakni ilmu pengetahuan teknologi dan ekonomi.
"Tidak ada jalan yang mudah untuk dua itu. Kuasai ilmu pengetahuan dan ekonomi," tuturnya.
Hadir pula di sesi tersebut anggota Komisi VIII DPR RI Desy Ratnasari. Desy mendorong kader NA untuk ikut maju di dunia politik praktis untuk memenuhi kuota 30 persen.
"Kita harus menunjukkan tidak hanya untuk memenuhi kuota 30 persen. Tapi memang mampu bergerak di kancah politik dan sosial," kata Desy. (sip/dra)