"Nasyiatul Aisyiyah berada di dalam mata rantai dan tersambung dengan gerakan Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 dan Aisyiyah yang berdiri tahun 1917," ujar Nashir.
Hal ini disampaikan Nashir di sportorium UMY, Ring Road Barat, Bantul, Jumat (26/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tahun 1938, keluarlah Mars NA. Sedangkan di Muktamar 65 di Bandung, NA menjadi organisasi otonom," imbuhnya.
Sejarah panjang, kata Nashir menjadi spirit dan orientasi gerakan NA dalam bergerak untuk membebaskan remaja pada khususnya untuk bebas dari ketertinggalan menuju jamaah yang berkemajuan.
"Spirit ini melekat dalam pandangan Islam yang sejak awal dibawa KH Ahmad Dahlan yang menjadikan Islam sebagai agama pembawa perubahan," tuturnya.
Dia menyampaikan ada berbagai problem remaja yang dihadapi saat ini, mulai dari demoralisasi dan narkoba. NA, kata Nashir perlu, memetakan ulang realitas sosial remaja saat ini.
"Saya yakin program-program NA punya fokus ke situ," kata Nashir.
Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud Muhadjir Effendy mengajak NA untuk proaktif mengambil bagian dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui sektor pendidikan dini dan pendidikan dasar.
"80 persen anggota NA adalah insan terdidik dan berpengetahuan yang berorganisasi solid dalam pergerakan. Ini menjadi modal besar," kata Muhadjir.
Muktamar kali ini diikuti oleh 1.000 peserta dari perwakilan Pimpinan Cabang Pimpinan Daerah dan seluruh Pimpinan Wilayah dari 24 provinsi, serta 2.500 penggembira dari seluruh Indonesia. Acara akan berlangsung hingga besok, Sabtu (27/8). Beberapa tokoh dijadwalkan hadir dalam rangkaian acara di antaranya Menkes Nila Moeloek dan Ketua MPR Zulkifli Hasan. (sip/trw)