Mengenal Para Pelukis di Gelar Seni Rupa Bulan Budaya Lombok

Mengenal Para Pelukis di Gelar Seni Rupa Bulan Budaya Lombok

Ahmad Masaul Khoiri - detikNews
Jumat, 26 Agu 2016 05:38 WIB
Foto: Para pelukis di NTB (Masaul/detikcom)
Mataram - Para pelukis lokal di Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapat panggung di Bulan Budaya Lombok Sumbawa (BBLS) 2016. Mereka memamerkan hasil karyanya di Taman Budaya NTB, Kota Mataram.

Berbagai aliran lukisan dipamerkan di gelaran ini dalam satu gedung di komplek Taman Budaya itu. Salah pelukis lokalnya adalah Tarfi Abdullah (56). Tarfi memajang 3 lukisan yang sudah menjadi koleksi Taman Budaya NTB.

Menurut dia, Gelar Seni Rupa merupakan apresiasi yang baik dari pemerintah kepada para seniman sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat. "Saya beraliran ekspresif dan 3 lukisan saya itu judulnya Perempuan dan Kaligrafi, dan Cupak Grantang yaitu cerita rakyat," ucap Tarfi, Kamis (26/8/2016).
Foto: Karya para pelukis (Masaul/detikcom)

Dalam kancah nasional, Tarfi sendiri merupakan seniman senior lokal yang pernah ke Bandung, Jakarta, Surabaya untuk memamerkan karyanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada pula pelukis bernama Karyana. Karyana merupakan pelukis asli Mataram yang 5 buah lukisannya turut dipajang dalam gelar seni rupa ini.

"Temanya impresionis semua. Jadi menampilkan kesan yang kita tangkap dari objek dan tidak real. Hanya kesan saja," kata Karyana.

Acara ini menurutnya sangat bagus sebagai apresiasi terhadap para seniman. Sehingga seniman bersemangat berkarya.

"Saya punya galeri di Senggigi, kita pun di sini bergerak sendiri-sendiri. Kalau saya melukis dari kecil dan pelukis jadi profesi saya dari tahun 1989," imbuh dia.
Foto: Karya para pelukis (Masaul/detikcom)

Karyana pernah memajang koleksinya dari di Indonesia, Eropa hingga Singapura. Ia berharap seniman dapat lebih diperhatikan oleh pemerintah.

Sebagai seorang seniman, Karyana menyebut rezekinya tidaklah menentu. Ia hanya berharap pada pembeli dari para pelancong luar negeri. Jika beruntung dan nasib berpihak padanya, uang hasil penjualannya cukup membayar kontrakan yang ia tempati selama setahun

"Harapannya seniman dapat diberdayakan oleh pemerintah. Saya manfaatkan betul musim melancong pada bulan-bulan seperti ini. Jika 3 lukisan saya terjual maka saya dapat hidup setahun kedepan untuk membayar sewa kontrakan," cerita Karyono.

Kendala sebagai pelukis kata dia adalah ketika seniman tidak bisa eksis. Seni itu menurutnya memiliki faktor T. T pertama adalah teknik melukis, T kedua adalah tema yang diangkat oleh pelukis.

"T keempat adalah tujuan pelukis, T kelima adalah tempramen dari pelukis seperti ada yang baik dan eksentrik, T keenam adalah teman yang kita punya sebagai relasi, ditambah T teknologi informatik," kata dia.

"T Terakhir adalah takdir, karena T ini adalah jalan hidup yang menentukan keberuntungan dari seorang seniman," imbuh karyono yang sempat gagal dengan impiannya bekerja sebagai PNS itu.

(miq/miq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads