"Terima kasih atas kunjungannya ke sini. Salam untuk masyarakat Indonesia. Tolong doakan agar Turki segera kembali normal," kata Gulen saat beberapa jurnalis dari Indonesia pamit dari Kamp Golden Generation, Worship and Retreat Center (GGWRC) di pedesaan Pensylvannia, Amerika Serikat, Minggu (21/8/2016) sore hari seusai salat asar berjamaah.
Suasana hijau di kamp yang ditinggali Gulen |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengikut Gulen di Turki kini mengalami intimidasi dari pemerintah Erdogan. Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang mereka dirikan ditutup sepihak oleh Erdogan. Sebagian mereka ditangkap, para guru pun menganggur. Para pengikut Gulen yang menjadi pengusaha juga bernasib sama. Perusahaan mereka diperiksa dan ditutup. Media-media dan penerbit buku milik pengikut Gulen juga ditutup. Bahkan, media Zaman Group yang didirikan pengikut Gulen dan salah satu media besar di Turki juga sudah ditutup jauh-jauh hari. Kini, hanya media-media yang sudah dikendalikan Erdogan yang masih beroperasi. Hanya sedikit sekali media independen yang dibiarkan tetap beroperasi. Media independen pun tidak berani melakukan kritik, karena kalau mengkritik akan berhadapan dengan penjara. Begitu juga dengan tokoh-tokoh kritisnya.
Buku 'Hizmet: Question and Answers on The Gulen Movement' |
Alp Aslandogan, Executive Director Alliance of Shared Values, yang menjadi juru bicara Gulen mengatakan bahwa Gulen sangat sedih dan sangat sakit hatinya melihat perkembangan Turki saat ini. Masa depan Turki akan hilang ditelan Bumi bila Presiden Erdogan masih memerintah dengan cara-cara seperti ini. "Saya tidak tahu sampai seberapa lama Turki akan begini. Yang pasti, dalam waktu dekat ekonomi Turki akan hancur," kata Alp.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah Turki untuk mendiskreditkan Gulen. Padahal Gulen tidak ikut campur dalam persoalan politik dalam negeri Turki. Ancaman-ancaman sudah banyak diterima Gulen dan pengikutnya. Erdogan telah meminta Pemerintah Amerika Serikat melakukan ekstradisi Gulen, meski hingga pemerintah AS telah menolak. Paspor-paspor ribuan pengikut Gulen yang hidup di luar negeri juga dicabut. Alp sangat yakin bahwa AS tidak mengekstradisi Gulen. Permintaan ekstradisi terhadap Gulen juga tidak hanya kali ini saja.
Gulen meminta masyarakat Indonesia, yang mayoritas umat Islam ikut mendoakan Turki. "Saya belum sempat berkunjung ke Indonesia. Insya Allah nanti saya akan ke Indonesia, bila memang ada kesempatan. Salam saya untuk masyarakat Indonesia," kata Gulen yang memang hampir tidak pernah meninggalkan kamp tempat tinggalnya ini.
(asy/fjp)












































Suasana hijau di kamp yang ditinggali Gulen
Buku 'Hizmet: Question and Answers on The Gulen Movement'