Menjaga Emosi Tetap Stabil Saat Orang Terdekat Wafat di Tanah Suci

Laporan dari Arab Saudi

Menjaga Emosi Tetap Stabil Saat Orang Terdekat Wafat di Tanah Suci

Rachmadin Ismail - detikNews
Selasa, 23 Agu 2016 08:00 WIB
dr Nirwan Satria dan dr Ika Nurfarida (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)
Makkah - Ada 18 orang jemaah haji yang wafat di Tanah Suci hingga 22 Agustus 2016. Tak sedikit dari jemaah itu wafat di sisi orang terdekat. Mulai dari suami/istri, anak sampai sanak saudara lainnya. Kondisi ini bisa memacu ketidakstabilan emosi.

dr Ika Nurfarida, penanggung jawab medis di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah menjelaskan, ada dua pasien gangguan emosi dan perilaku yang sekarang sedang mendapat perawatan. Salah satunya stres setelah sang suami meninggal dunia.

"Ada pasien depresi yang muncul akibat stres akut karena suaminya meninggal dunia," terang Ika saat ditemui di kantornya, Senin (22/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ika, kematian pasangan adalah pemicu stres paling tinggi yang bisa muncul pada diri seseorang. Ditambah aktivitas fisik dan cuaca yang ekstrem, stres itu bisa berbahaya sehingga butuh penanganan.

Salah satu acara yang dilakukan tim dokter kejiwaan di KKHI adalah dengan memberikan perawatan dan konsultasi. Pendekatan keagamaan bisa jadi salah satu faktor penting untuk memberikan kesetabilan emosi.

"Kita kembalikan ke yang Maha Kuasa. Karena sedang menjalankan ibadah haji, kita ingatkan lagi bahwa kita harus siap, kehilangan suami, pasangan kita," paparnya.

KKHI memiliki fasilitas untuk merawat pasien yang memiliki gangguan emosi dan perilaku. Dokter spesialis pun sudah disiapkan. Perawatan tak hanya di klinik namun juga kunjungan ke sektor dan kloter.

Hingga 22 Agustus 2016, ada 18 jemaah Indonesia yang wafat di Saudi. Berikut datanya:

1. Senen bin Dono Medjo (79). Laki-laki. Kloter 007 Embarkasi Surabaya .
2. Siti Nurhayati binti Muhammad Saib (68). Perempuan. Kloter 002 Embarkasi Aceh.
3. Martina binti Sabri Hasan (47). Perempuan. Kloter 006 Embarkasi Batam.
4. Khadijah Nur binti Imam Nurdin (66). Perempuan. Kloter 004 Embarkasi Aceh.
5. Dijem Djoyo Kromo (53). Perempuan. Kloter 18 Embarkasi Solo.
6. Sarjono Bin Muhammad (60). Laki-laki. Kloter 006 Embarkasi Batam.
7. Oom Eli Asik (66). Perempuan. Kloter 003 Embarkasi Jakarta-Bekasi.
8. Nazar Bakhtiar bin Batiar (82). Kloter 001 Embarkasi Padang.
9. Juani bin Mubin Ben (61). Kloter 006 Embarkasi Aceh.
10. Asma binti Mian (78). Kloter 001 Embarkasi Padang.
11. Tasniah binti Durakim Datem (73). Kloter 003 Embarkasi Padang.
12. Jamaludin bin Badri Kar (58). Kloter 005 embarkasi Palembang.
13. Abdullah bin Umar Gamyah (68). Embarkasi Aceh kloter 001.
14. Rubiyah binti Mukiyat Muntari (71). Embarkasi Surabaya kloter 020.
15. Muhammad Tahir bin Abdul Razak (68). Embarkasi Batam kloter 011.
16. Siti Maryam binti Ismail (60). Embarkasi Solo kloter 001.
17. Misnawar bin Kasimo Kamujo (76). Embakarsi Surabaya kloter 015
18. Din Azhari Nurina bin Sadid (73). Embarkasi Padang kloter 005. (mad/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads