![]() |
Acara 'Penghargaan Bagi Pelestari dan Penggiat Budaya' tahun 2016 pun digelar dan meliputi kategori bidang seniman dan budayawan, pelestari adat dan tradisi, dan pelestari warisan budaya. Masing-masing kategori terdiri dari 5 penerima penghargaan. Di antara yang mendapatkan penghargaan yakni Emha Ainun Najib, Shindunata dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kegiatan kebudayaan yang ditekuninya, sebagai pengabdian memperoleh apresiasi masyarakat, yang oleh Pemda DIY, apresiasi ini diwujudkan dalam bentuk penghargaan yang mesti sederhana namun memiliki nilai. Terasa membanggakan, karena momentum ini adalah penghargaan bagi manusia-manusia mandiri yang peduli betapa pentingya pelestarian budaya," kata Sultan saat memberikan penghargaan di Bangsal Kepatihan Yogyakarta.
Penerima penghargaan kategori adat tradisi yakni; Raden Ngabehi Noto Pandoyo (Bong Supit Bogem/Juru Sunat atau Khitan) yang berdiri sejak 1939. Bong Supit ini sangat legendaris dan dulunya langganan pangeran-pangeran dari Kasultanan Yogyakarta. Ki Sungkowo Harumbrodjo (Empu/ Pembuat Keris), yang merupakan keturunan ke 17 pembuat keris Sengkelat yang legendaris pada zaman Majapahit yaitu Empu Supa. Upacara adat Tunggul Wulung, dan Upacara adat Nguras Enceh, serta Paguyuban Sekar Jagad.
![]() |
Kategori seniman dan budayawan: Emha Ainun Nadjib (tidak hadir), Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, Soenarto Prawirohardjono, dan Yosep Anggi Noen.
Kategori pelestari warisan budaya: Bangunan rumah tradisional Jawa yang berada di RT 20/RW 4, Dusun Glagahombo Tanggung, Girikerto, Turi, Sleman. Bangunan rumah Indis di Jl I Dewa Nyoman Oka No 7 Kotabaru Yogyakarta. Situs Lawang Pethuk (Betwen Two Gets) di Purbayan, Kotagede. Bangunan rumah tradisional Jawa Sewokoprojo di desa Purbosari, Wonosari, Gunungkidul. Bangunan Kawasan Pengok di kelurahan Demangan, Gondokusuman, Yogyakarta yang dikelola oleh PT. KAI DAOP 6 Yogyakarta.
Ki Sungkowo Harumbrodjo sebagai Empu, mengatakan penghargaan ini menambah semangat untuk merawat tradisi membuat keris yang sudah turun temurun tersebut. Dia ingin tetap mempertahankan membuat keris dengan mengikuti pakemnya.
"Ritual dan proses pembuatanya masih kita uri-uri, termasuk peralatanya masih tradisional," kata Ki Sungkowo Harumbrodjo di Bangsal Kepatihan.
(dhn/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini