Kisah 'Emas Putih' dan Perdamaian 2 Desa di Maluku yang Lama Berkonflik

Kisah 'Emas Putih' dan Perdamaian 2 Desa di Maluku yang Lama Berkonflik

Elza Astari Retaduari - detikNews
Senin, 22 Agu 2016 05:18 WIB
Kemeriahan anak-anak sambut HUT RI (Foto: Elza Astari Retaduari/detikcom)
Jakarta - Desa Mamala dan Morella di Kabupaten Maluku Tengah yang lama berkonflik kini telah berdamai setelah difasilitasi oleh Kodam XVI/Pattimura. Metode pendekatan Pangdam Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mendamaikan dua desa ini.

Selain Doni, salah satu pelopor perdamaian Desa Mamala dan Morella adalah Raja Negeri (Kepala Desa) Hitu Lama, Salhana Pelu. Hitu Lama merupakan desa tetangga kedua desa yang telah puluhan tahun berkonflik itu.

Ditemui di rumahnya pada Selasa (16/8) lalu, Salhana menceritakan awal perdamaian Desa Mamala dan Morella. Ia mengaku tergerak karena akibat perselisihan dua desa itu, ada banyak korban berjatuhan. Mulai dari korban nyawa, harta, hingga sosial dan budaya. Sebelum berdamai, bahkan warga Morella tak bisa pergi ke kota melewati jalur darat karena harus lewat Mamala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raja Hitu Lama, Maluku Tengah(Foto: Elza Astari-detikcom)


Terpaksa warga Morella saat hendak pergi ke kota, harus melewati laut dengan perahu lalu turun di desa Hitu Lama dan baru melanjutkan perjalanan lewat darat. Mereka bisa berjalan lewat darat, namun harus memutar sangat jauh.

"Persoalan dua kampung ini, konflik itu banyak korban jiwa dan harta. Pada satu titik saya kasihan juga, ini kan desa tetangga. Pada akhirnya ada keinginan saya untuk memfasilitasi. Bersamaan dengan itu dari Kodam punya keinginan yang sama. Dengan Panglima (Pangdam Pattimura)," ungkap Salhana.

Mayjen Doni sejak awal kepemimpinannya memang mengedepankan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) untuk warga dalam menjaga keamanan untuk pertahanan negara. Yakni melalui program Emas Biru (budidaya ikan dan hasil laut) dan Emas Hijau (pembibitan tanaman). Warga Desa Mamala dan Morella menjadi salah satu yang pertama dibina untuk program ini. Ternyata program-program tersebut berhasil mengeratkan hubungan kedua desa. Sebab berbagai pelatihan dan pembinaan dilakukan secara bersamaan.

"Bersamaan dengan Emas Hijau dan Emas Biru. Kami bertemu di satu titik. Pelatihan dan pembudidayaan. Agar masyarakat punya kesibukan. Alhamdulillah kita sama-sama. Prosesnya nggak cuma sekali dua kali," kata Salhana.

Pria yang akrab disapa Sal itu menyatakan selama ini sebenarnya pihak pemerintah daerah dan kepolisian sudah berusaha melakukan berbagai upaya perdamaian, namun belum berhasil. Perdamaian akhirnya benar-benar terwujud melalui perjanjian tertulis pada 23 April 2016. Mayjen Doni beserta jajarannya memiliki peran serta yang sangat besar dalam proses ini.

"Masyarakat sebenarnya sudah ada keinginan, dari tokoh adat dan agama-nya, tapi nggak ada seorang figur yang bisa fasilitasi. Mereka butuh seorang tokoh. Dari pihak TNI tidak punya tendensi lain, beda dengan figur orang politik, pasti ada keinginan di balik itu. Saya lebih enjoy untuk kerja sama. Saya hanya ingin dua negeri itu bisa lebih aman," sebutnya.

Di saat Kodam Pattimura melalui berbagai program pembinaan dan bantuan kepada warga Desa Mamala dan Morella berjalan, Sal melakukan berbagai pertemuan dengan Raja Mamala, Ramli Malawat dan Raja Morella, Sialana Yunan. Juga tokoh-tokoh lainnya. Proses tersebut berjalan lebih dari 6 bulan tanpa sepengetahuan warga untuk menghindari pertikaian.

"Ketemu di sini, kadang difasilitasi di Pak Pangdam, Kodim. Tapi lebih banyak di sini. Saya selalu jadi tempat curhat-curhatan, penengah. Dua Kampung ini ada pertalian keluarga. Saya hanya ingin dua negeri itu bisa lebih aman. Kalau dua kampung konflik, jujur pendapatan warga saya lebih meningkat karena orang Morella naik atau turun perahu di dermaga kami. Tapi saya ndak mau bersenang di atas kesulitan orang," urai Sal.

Kini keadaan di Morella dan Mamala sudah sangat kondusif. Warga di kedua desa itu tak ada lagi menyimpan dendam dan telah hidup bertetangga seperti desa-desa lainnya tanpa ada ketakutan-ketakutan. Hasil program Emas Hijau dan Emas Biru juga telah dirasakan warga, termasuk warga Hitu Lama yang ikut 'kecipratan'.

"Hasilnya untuk masyarakat. Bahkan saking banyaknya bukan cuma untuk dua negeri itu, negeri tetangga kebagian juga. Kita kebagian juga dikasih. Dampak secara langsung untuk kami jadi tenang dan nyaman. Kalau ada konflik, kedengaran korban di Mamala berapa dan Morela berapa. Kita was-wasan. Sekarang keamanan lebih stabil untuk desa-desa tetangga," tutur Sal.

Kini semua warga sudah dapat melintas di kedua desa dengan aman. Termasuk warga di luar desa itu. Atas keberhasilan ini, Sal dan sejumlah tokoh melabelkan apa yang dilakukan Mayjen Doni sebagai bentuk dari 'Emas Putih'. Sebab tak hanya bantuan Emas Biru dan Emas Hijau saja yang dilakukan, namun juga sejumlah kegiatan bersifat sosial.

Melalui dana-dana CSR, Kodam Pattimura memfasilitasi perbaikan rumah-rumah warga yang rusak akibat pertikaian berkelanjutan itu. Selain itu, sejumlah tokoh dan warga Morella dan Mamala diberangkatkan ke Tanah Suci secara bersama-sama.

"Kami menyebutnya itu Emas Putih yang dilakukan Panglima. Karena ketokohan beliau, bisa menyambung silahturahmi dua negeri. Berangkatkan umroh, itu wisata rohani. Itu 'emas putih'. Itu sangat dirasakan dua negeri," ucap Sal.

"Rumah-rumah yang rusak dibangun akibat konflik. Dengan 'Emas Putih', warga yang kehilangan keluarga bisa lebih ikhlas. Bukan sekedar materi, tapi kepeduliannya. Beliau kerahkan jejaring beliau. Jadi nggak cuma ngomong, langsung action. Karena kepedulian itu membuat warga menjadi lebih ikhlas," imbuh dia.

Raja Morella (pakaian putih) dan Raja Mamala, Maluku (Foto: Elza Astari-detikcom)


Hal senada disampaikan Raja Morella, Sialana Yunan. Kodam Pattimura juga telah memfasilitasi terselenggaranya sejumlah kegiatan agama, budaya, dan pariwisata di kedua desa itu secara adil.

"Ada cara-cara beliau melakukan pendekatan. Ketika sumber dana itu ada, tapi tidak ada orang yang ambil dan beri itu ke lapisan masyarakat, maka tidak terlaksana. Pangdam yang mau. Itu kerja keras beliau, semua jajarannya. Entah bantuan fasilitas umum, atau menyentuh langsung ke masyarakat. Kena semua," urai Yunan.

Sebelum berdamai, warga kedua desa takut masuk hutan sebab beberapa kali terjadi pembunuhan dengan cara keji yang pelakunya belum diketahui siapa. Namun kejadian dapat membuat ketegangan kedua desa karena sama-sama memiliki rasa curiga. Padahal menurut Yunan, bisa saja pelaku pembunuhan kepada warga merupakan perbuatan pihak ketiga.

"Sekarang sudah enak, sudah bisa pergi ke hutan. Pernah terjadi, ada berita, warga Mamala, agak kurang pemikirannya, ke hutan sampai sore belum pulang. Kalau dulu pasti ada curiga. Sekarang serentak langsung cari bareng-bareng dua desa. Akhirnya ketemu," kisahnya.

"Kalau sekarang biaya berkurang tidak perlu naik speedboat. Ini berkat kerja keras Pak Pangdam dan jajarannya. Pak Dandim itu, Pak Danrem sering ke sini. Ada Emas Biru dan Hijau, dua negeri tersentuh. Terakhir Emas Putihnya, itu salah satu pembinaan. Rumah-rumah yang hancur diperbaiki. Mereka punya sentuhan semua," sambung Yunan.

Keindahan Desa Morella, Maluku (Foto: Elza Astari-detikcom)


Bahkan Kodam Pattimura rencananya akan membangun empat rumah yang masing-masing dua untuk Babinsa dan dua untuk Babinkamtibnas masing-masing desa. Letaknya di perbatasan Desa Mamala dan Morella. Dengan begitu, jika terjadi sesuatu, aparat bisa langsung mengambil tindakan.

"Nanti jadi lebih terkontrol. Selama ini polisi, siang mereka kemari, kalau malam pulang ke asrama. Kalau sudah di sini kan enak koordinasi. Kalau Babinsa memang anak daerah sini diangkat," kata pensiunan PNS itu.

Raja Mamala Ramli Malawat yang merupakan saudara sepupu Yunan juga mengaku lega. Warganya juga merasa hidupnya lebih tenang dan nyaman. Sebab tak sedikit warga Mamala yang memiliki keluarga di Morella, begitu pula sebaliknya.

"Banyak masyarakat merasa bahwa seperti inilah kehidupan yang betul-betul hidup. Mereka sudah bisa ke hutan ambil hasil bumi. Dulu karena takut, hasil panen mereka cengkeh, pala, banyak yang busuk," papar Ramli.

"Ada keluarga-keluarga yang kawin dengan warga sebelah tanpa kita sadari, sekarang sudah mulai menginap di rumahnya anaknya, begitu juga sebaliknya. Kalau dulu mereka belum berani. Sekarang sudah tidak ada rasa curiga. Kalau ada yang meninggal juga warga saling melayat," sambung dia.

Meski saat ini kondisi kedua desa sudah kondusif, Ramli tetap meminta pendampingan dari Kodam Pattimura. Ia juga memberi apresiasi atas Emas Putih yang diberikan melalui perpanjangan tangan Mayjen Doni.

"Kita minta harus didampingi terus, dikawal terus. Kita berdua kekuatan sampai mana, jadi kalau bisa dikawal terus. Warga kami sekarang lebih tenteram," tukas Ramli.

Desa Hitu, Maluku (Foto: Elza Astari-detikcom)


Program Emas Putih ini sebenarnya juga dilakukan di sejumlah daerah lain di Maluku dan Maluku Utara oleh Mayjen Doni. Melalui pendekatan kesejahteraan, Doni mengupayakan membantu perdamaian di desa-desa yang berkonflik lainnya. Juga termasuk untuk di daerah yang masih masuk dalam kategori rawan.

Salah satu yang telah berhasil selain perdamaian Morella dan Mamala adalah di Desa Aboru, Pulau Haruku. Desa tersebut dikenal sebagai basis kelompok separatis, Republik Maluku Selatan (RMS). Namun sejumlah mantan anggota RMS sudah menyatakan kembali ke Indonesia dan menurut mereka itu karena pembinaan yang dilakukan Kodam Pattimura. (elz/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads