Sophan & Arifin Mundur dari Pencalonan Ketum PDIP

Sophan & Arifin Mundur dari Pencalonan Ketum PDIP

- detikNews
Minggu, 27 Mar 2005 16:11 WIB
Denpasar - Sehari menjelang Kongres II PDIP di Bali, Gerakan Pembaruan (GP) terus melakukan monuver politik. Hari ini dua penggerak GP, Arifin Panigoro dan Sophan Sopian, mengundurkan diri sebagai kandidat calon Ketua Umum PDIP.Pengunduran diri itu disampaikan Sophan dan Arifin kepada wartawan di Cafe Gado-gado, Seminyak, Kuta, Bali, Minggu (27/3/2005). Dengan demikian, GP saat ini tinggal memiliki tiga calon ketum yang akan diadu melawan Megawati, yaitu Guruh Soekarnoputera, Kwik Kian Gie dan Roy BB Janis."Dalam rangka menyatukan kekuatan, menyatukan suara, saya dan Arifin mundur dari pencalonan agar ketiga orang ini lebih fokus mendapatkan suara yang lebih banyak. Kami belum tahu apakah akan terfokus pada satu calon atau kita coba buat sistem baru dalam struktur yaitu Presidium," kata Sophan.Menurut Sophan, calon yang akan ditentukan GP nantinya disesuaikan dengan apa yang berkembang di Kongres. Selain itu, alasan pengunduran diri keduanya adalah untuk melakukan regenerasi di tubuh PDIP."Kami berdua sudah cukup tua. Kami memilih jika menang, duduk dalam dewan pengarah atau penasihat partai. Dari hasil pertemuan dengan 500 utusan kemarin malam, ketiganya (Guruh, Kwik dan Roy) punya kecenderungan yang sama kuat," ungkap Sophan.Ditanya mengenai klaim kubu Mega yang telah mengantongi 95 persen dukungan, GP juga mengklaim akan mendapat 70 persen suara hingga menjelang kongres."Itu klaim mereka. yang kita ketahui, hasil Konfercabsus yang dibacakan oleh DPP adalah hasil rekayasa Pramono Anung. Hingga hari ini, kekuatan kami telah mencapai 55 persen dan dalam satu dua hari ini akan menjadi 70 persen," tegas Sophan.Sementara itu, Sophan juga menuding bahwa gerakan pro Mega akan melakukan kecurangan dalam kongres dengan cara melakukan aklamasi. Selain itu pro Mega dituduh telah melanggar AD/ART PDIP, yaitu mengenai utusan yang seharusnya dipilih kader, tetapi dalam SK DPP disebutkan dua utusan tanpa dipilih (ketua dan sekertaris) dan dua lainnya melaui pemilihan."Seharusnya semua lewat pemilihan. Selain itu, sampai hari ini semua peserta belum menerima bahan pelaksanaan kongres, padahal seharusnya bahan tersebut diterima 21 hari menjeleang kongres. Saya pikir ada kegiatan politik yang tersembunyi dalam kejadian ini," demikian Sophan Sopian. (fab/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads