Festival Indonesia pertama di Rusia yang digelar di Hermitage Garden, Moskow, tanggal 20-21 Agustus 2016 memang terus diserbu ribuan pengunjung. Di hari pertama barang yang dipromosikan pengusaha Indonesia ludes terjual. Batik dan kerajinan perak asal Indonesia jadi primadona, untuk makanan sate jadi yang paling dicari.
Di tengah riuhnya festival Indonesia di Moskow ini, ada sebuah gazebo yang tak pernah sepi pengunjung. Di gazebo berukuran cukup besar itu ternyata Denaya batik tulis dari Yogyakarta menggelar workshop batik. Yang memberikan pelatihan adalah Sucittarini Delyana sebagai salah satu pelopor Denaya Batik Yogya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kebanyakan yang antusias belajar membatik adalah perempuan. Tua muda sampai anak-anak duduk melantai di atas karpet sembari memainkan canting di atas motif yang sudah digambar di atas kain dan kertas.
Saking antusias belajar membantik, beberapa orang rela ngantre. Bahkan ada yang menangis karena tak kunjung bisa belajar membatik.
"Speechless, banyak sekali mereka datang ke workshop batik dan mereka mau antre, dan mau nunggu. Mereka mengikuti proses batik hingga tuntas bahkan ada peserta saking seneng dan tersentuh dengan proses dan filosofi batik serta mengenai Yogyakarta, peserta perempuan ini memeluk erat serta mencium saya dan menangis," kata Delyana.
![]() |
Pada hari pertama festival Indonesia ada ribuan pengunjung memadati Hermitage Garden yang juga salah satu taman terbesar di Moskow. Karena antusiasme pengunjung itu, workshop batik pada hari pertama dibatasi dan ditutup lebih cepat.
"Untuk persiapan material workshop hari kedua," katanya.
Denaya batik adalah salah satu yang ikut festival Indonesia di Moskow. Denata batik usianya baru 2 tahun namun sudah mengukuti berbagai even keliling dunia.
"Denaya batik dalam 2 tahun ini sudah diundang ke Eropa Barat, Amerika Selatan, Newzealand, Australia, Amerika latin, AS, dan Moskow," katanya.
![]() |
"Tim Denaya batik berisikan anak muda yang latar belakang sama sekali bukan di batik. Anak muda yang kreatif dan inovatif. Mereka ada yang background di managament, seni rupa, apoteker, grafis, IT. Tapi semuanya belajar batik secara mendalam untuk mendapatkan jiwa yang utuh dari batik," katanya.
Denaya juga membuat program afiliasi kepada anak muda yang ingin jadi pengusaha batik. Sejumlah Brand seperti Madhava Batik (casual ready to wear), Anasta Batik (Batik Classie Bags), Jivini Batik (Batik trend bags) sudah mulai dikembangkan.
"Denaya terhadap mereka membantu dalam konsep, promosi dan melibatkan mereka untuk pelestarian terhadap para pengrajin batik di desa yang mulai sedikit demi sedikit habis," kata Delyana seraya menyebut moto Everyone wear batik in the world. (van/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini