Ini Makna Filosofis Sampurasun Kata Bupati Dedi

Ini Makna Filosofis Sampurasun Kata Bupati Dedi

Tri Ispranoto - detikNews
Minggu, 21 Agu 2016 14:27 WIB
Bupati Dedi/ Foto: Tri Ispranoto/detikcom
Purwakarta - Ucapan salam Sampurasun khas masyarakat Sunda kini tengah digaungkan agar menjadi sebuah ikon salam yang dikenal oleh masyrakat secara nasional mau pun dunia. Lalu apa arti kata Sampurasun itu?

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menjelaskan, ucapan Sampurasun berasal dari kata sampurna ning ingsun yang bermakna sempurnakan diri anda.

"Artinya ini sebuah proses ucapan yang mengajak pada diri sendiri dan orang lain yang disapa salam untuk menyempurnakan diri," jelas Dedi saat berbincang dengan detikcom, Minggu (21/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam hal ini kata Sampurasun juga mengajak agar orang yang berucap dan disapa untuk bisa mengoreksi seluruh kesalahan yang dimiliki untuk kemudian memperjuangkan keberanaran yang akan diwujudkan.

Sementara ucapan Rampes yang diucapkan oleh orang yang disapa dengan Sampurasun memiliki makna yang mengiyakan arti dari salam.

"Kalau orang menyapa Sampurasun kita jawab Rampes yang artinya mengiyakan atau membangun sebuah kesepakatan untuk saling menyempurnakan diri dan saling mengkoreksi kesalahan dan juga kelemahan," bebernya.

Selain memiliki makna seperti itu, Sampurasun dan Rampes juga memiliki makna membukakan pintu baik pintu secara fisik dan pintu hati.

Dedi pun menjelaskan tata cara pengucapan Sampurasun biasanya dilakukan dengan cara badan membungkuk dan kedua telapak tangan disatukan dalam posisi berada tepat di depan perut.

Menurut Dedi, membungkuk itu adalah sebuah bentuk kesahajaan orang Sunda dalam memberi penghormatan pada sesama. Sementara tangan yang menyatu memiliki makna filosofis berupa kesempuranaan hidup manusia.

"Kesempurnaan dalam hal lahirian mau pun kesempurnaan syariat. Papat kalima tunggal kemudian bersatu sembilan ke sepuluh tunggal yang menyempurnakan seluruh aspek yang di dalamnya," katanya.

"Panon jeung awasna, ceuli jeung danguna, irung jeung angseuna, letah jeung ucapna. (Mata dengan awasnya, telinga dengan dengarnya, hidung dengan penciumannya, lidah dengan ucapnya). Dan penyatunya adalah hati yang ikhlas sehingga menjadi sembilan ke sepuluh," kata Dedi kembali.

Terakhir, posisi tangan yang agak menekan kea rah badan memiliki makna untuk memulai hidup untuk menyempurnakan dari diri sendiri sebelum mengajak pada orang lain.

Lebih lanjut Dedi pun mengajak agar masyrakat Sunda percaya diri dan tidak malu untuk mengucapkan Sampurasun sebagai salam pelengkap setelah salam yang biasa diucapkan sesuai dengan agama masing-masing baik saat menyapa teman, saudara, atau pun dalam acara formal lainnya. (rvk/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads