Andreas mengatakan bahwa pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu sebenarnya tidak membutuhkan parpol. Ahok dianggap hanya menggunakan parpol sebagai 'kuda tunggangan'.
"Cara berpikir Pak Ahok sangat pragmatis, semua cara bisa digunakan, entah itu 'Teman Ahok', entah itu parpol atau apapun alat yang digunakan yang penting adalah dia berkuasa. Setelah berkuasa dan dirasakan tidak ada manfaatnya lagi maka dengan mudahnya Ahok akan mencampakan 'alat' yang pernah digunakan untuk meraih kekuasaan," kata Andreas dalam keterangannya, Minggu (21/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menjelang pilgub 2017, Ahok membentuk Tim Sukses Teman Ahok untuk melalui jalur perseorangan dan berkoar-koar sudah mengumpulkan 1 juta KTP. Belum sempat bereksperimen dengan jalur perseorangan Ahok sudah loncat lagi mencari dukungan dari parpol, bahkan dari parpol yang pernah dengan mudah ditinggalkan pada 2012," ungkap anggota DPR ini.
Saat ini, Ahok yang sudah mengantongi dukungan 3 parpol masih mengharapkan usungan PDIP. Sikap ini dianggap Andreas sebagai upaya mengadu domba kader PDIP.
"Pola yang dipakai Ahok mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader, bahkan Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainya PDIP, berlindung di balik 'ceritanya' tentang dukungan dari Ketum PDIP," papar Andreas.
Andreas menilai Ahok sedang memainkan politik memecah belah. Dengan rekam jejak tersebut, Andreas menganggap partai-partai termasuk PDIP harus pikir-pikir lagi bila ingin mengusung Ahok.
"Dengan track record loyalitasnya yang buruk, political tricky-nya yang sangat licin, saya kira bukan hanya PDI Perjuangan yang perlu berpikir ulang untuk mengusung Ahok, parpol-parpol yang sudah mendukung pun perlu berpikir lagi untuk dukungannya pada Ahok, kalau tidak hendak menjadi korban pragmatisme Ahok," tutupnya.
(imk/Hbb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini