"Ini sebagai pilot project sistem surveillance kita yang sangat canggih. Jadi akses card nanti ke dalam sudah pakai ID card, termasuk wartawan, tapi yang saya pakai two ways tiket. Jangan yang one ways tiket nanti bisa masuk enggak bisa keluar," kata Yasonna di LP Cipinang Jakarta Timur, Sabtu (20/8/2016).
Sistem pengawasan ini sebelumnya dipaparkan di depan para Dubes di Gedung Kementerian Hukum dan HAM, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan pagi tadi. Sedikitnya ada 43 undangan baik dubes hingga perwakilan PBB dan ASEAN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk mencegah kerusuhan, kalau di blok-blok sudah muncul perilaku perubahan adrenalin, juga emosi, langsung bisa ditangkap oleh alat kita," ujarnya.
Tidak hanya mengawasi napi, sistem ini juga untuk mengawasi petugas. Petugas bekerja atau tidak, keliling atau tidak, berapa kali petugas itu keliling dalam sehari juga akan terdeteksi.
Selain itu, kata Yasonna, penggunaan ponsel genggam baik napi maupun petugas juga akan terdeteksi dengan sistem ini.
"HP itu bisa dideteksi di mana, kalau dia melakukan telepon langsung nomornya bisa dideteksi, termasuk nomor petugas bisa dideteksi, bagaimana masuknya bisa ketahuan," paparnya.
Ditambahkannya, sistem ini sudah berjalan dan sudah diterapkan di LP Cipinang, namun masih bersifat pilot project. "Ini sangat canggih yang mau kita terapkan di semua. Nanti kalau ada uang kita terapkan di mana-mana (lapas lain)" urainya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal FORSEAA yang juga Utusan Khusus Presiden Seyschellles Nico Barito mengatakan, salah satu fakus FORSEAA adalah bidang sains dan teknologi, menciptakan ekonomi kreatif.
"Saya melihat di Indonesia beberapa hari terakhir ini sangat menjadi berita hangat, media memberitakan ada masalah di lapas. Tapi suatu waktu saya dengan Pak Menteri berkunjung ke lapas, melihat bahwa sebenarnya banyak di lapas ini orang yang punya talent," kata Nico dalam kesempatan yang sama.
Nico menyatakan, tidak ada orang yang ingin masuk penjara, hanya mungkin ada masalah sehingga masuk penjara. Menurutnya, penjara bukan tempat untuk menghukum orang selamanya, tapi tempat mengoreksi.
"Nah mereka ini punya talenta, kalau dibina dia bisa disiapkan sehingga kalau keluar dia bisa jadi manusia seutuhnya, lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.
Namun, lanjut Nico, pembinaan harus didukung dengan sistim kontrol dan sistem monitoring yang baik. Kalau tidak ada monitoring yang baik, terkadang ada pengaruh yang tidak diinginkan dari luar sehingga bisa membuat yang baik menjadi buruk.
"Oleh karena itu, kita bekali dengan sistim pengawasan, sistem surveillance yang baik. Ini baru pertama kali kita terapkan sebagai pilot project di LP Cipinang, hibah dari kita, dari FORSEAA," terangnya
"Dan selanjutnya hasil ini akan dijadikan bahan training, karena keberhasilan ini dilalui dengan pelatihan, monitoring pak Dirjen Lapas, para staf dan karyawan di lapas harus terlatih dua arah," tuturnya.
Sebab, yang diterapkan ini adalah sistem teknologi yang mana cara bekerjanya merupakan hal yang baku. "Seperti komputer, enter ya enter, exit ya exit, tidak ada negosiasi," urainya.
"Jadi kita coba disiplin itu diterapkan dengan baik, kalau disiplin itu baik, sistemnya baik, nanti kita akan berikan bantuan melalui export financing atau apa, sehingga fasilitas yang sama dapat diadakan di berbagai lapas," tutupnya.
(idh/jor)











































