"Apakah kami sebagai perempuan yang bercita-cita sebagi Polwan tidak diperbolehkan jadi Kapolri? sebagaimana Kapolri semuanya laki-laki apakah kami (Polwan) tidak bisa memimpin selagi ada laki-laki?" kata anggota Paskibraka asal Nusa Tenggara Barat, Laoly Musa Prarami.
Laoly menanyakan itu dalam acara tatap muka Kapolri dengan anggota Paskibraka di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (19/8/2016). Dalam kesempatan itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian diwakili oleh Kabaharkam Polri Komjen Putu Eko Bayuseno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada persyaratan harus laki-laki. Cuma selama ini yang menjadi Kapolri itu selalu lulusan Akpol, karena setelah lulus Akpol berpangkat Inspektur Dua polisi, kalau dulu Letnan Dua, itu sampai jenjang perwira tinggi masih cukup umurnya," kata Putu.
"Sedangkan Polwan yang lulusan Akpol yang pertama kali, sekarang pangkatnya baru AKP," sambungnya.
Putu menjelaskan, namun ada juga satu-satunya Polwan menjadi Kapolda, yaitu Kapolda Banten. Dia adalah Brigjen Rumania yang masuk kepolisian dari sarjana olahraga.
"Karena mempunyai kemampuan dan dinilai oleh pimpinan atas kinerja sebelumnya, pantas jadi Kapolda maka pada saat itu Kapolri berani memerintahkan Polwan jadi Kapolda baru satu-satunya itu," urainya.
Putu berharap ada Polwan-polwan lain yang menyusul jejak Brigjen Rumia mampu menjadi Kapolda. Sementara Kapolres yang dari Polwan sudah banyak.
"Wakapolda (dari Polwan) satu yakni Wakapolda Sumatera Barat pangkatnya masih Kombes. Kapolres banyak, Kapolsek lebih banyak lagi," tuturnya.
"Kasat-kasat di Polres juga sudah banyak (yang Polwan). Direktur-direkrur di Polda juga sudah banyak Polwan. Jangan kecil hati yang dari NTB, kalau masuk Akpol tahun 2020, 2030 nanti adek yang jadi Kapolri," imbuh Putu memotivasi.
(idh/rvk)