Kisah Awal dan Akhir Karir Menteri Sudirman

Menyapa Mantan Menteri

Kisah Awal dan Akhir Karir Menteri Sudirman

Ahmad Toriq - detikNews
Kamis, 18 Agu 2016 19:58 WIB
Sudirman Said bersama keluarganya di Brebes (Hasan Alhabshy/detikcom)
Jakarta - Sebuah panggilan telepon masuk ke handphone Sudirman Said Sabtu pagi, 25 Oktober 2014 lalu. Si penelepon rupanya staf Jokowi, Presiden Indonesia yang saat itu sedang menyusun kabinetnya.

Sudirman diminta segera menuju Istana. Pria berkumis yang saat itu masih menjabat Dirut PT Pindad mengatakan dia sedang tak berpakaian rapi, namun sang pembawa pesan dari Istana berkukuh memintanya datang segera. Usai menutup telepon, Sudirman yang saat itu sedang berada di Dago, Bandung, langsung menyuruh sopirnya berbalik arah menuju Ibu Kota.

"Saya sudah bilang saya pakai sandal, tapi tetap diminta segera ke Istana," ujar Sudirman saat berbincang, Kamis (11/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudirman Said di Brebes (Hasan Alhabshy/detikcom)

Sekitar pukul 12.30 WIB Sudirman tiba di Jl Thamrin. Dia meminta sopir membawa mobil masuk ke Sarinah, untuk membeli minuman sebelum masuk Istana. Di Sarinah, dia menjelaskan ke Pak Muntasir, sang sopir, bahwa staf Presiden memintanya masuk dari pintu belakang. Muntasir mengaku tahu jalan masuk itu, meski sebenarnya dia belum pernah membawa mobil ke Istana.

Sekitar pukul 13.00 WIB mobil yang membawa Sudirman masuk ke Istana Kepresidenan. Tak ada wartawan yang tahu, padahal saat itu awak media dalam kondisi siaga mengamati tokoh yang masuk ke Istana.

Sudirman, yang masih mengenakan kemeja motif kotak-kotak, celana bahan dan sandal, kemudian dijemput seorang Paspampres yang membawanya menemui Presiden Jokowi. Sedangkan Muntasir diminta memarkir mobil di dekat pancuran air yang ada di lingkungan Istana.


Cukup lama Sudirman berada di Istana. Muntasir mengingat sang bos baru kelar bertemu Presiden sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu Sudirman memintanya mengarahkan mobil ke rumah pribadi di Cilangkap, tak kembali lagi ke Bandung. Muntasir membatin, menduga-duga sang bos diangkat menjadi menteri.

Dugaan Muntasir terbukti benar. Keesokan harinya, 26 Oktober 2014, Sudirman diumumkan sebagai Menteri ESDM. Keesokan harinya lagi, 27 Oktober 2014, Sudirman Said resmi dilantik. Karirnya sebagai Menteri ESDM resmi dimulai.


21 Bulan kemudian, tepatnya di 26 Juli 2016 sekitar pukul 15.00 WIB, Sudirman kembali menerima sebuah telepon penting di tengah rapat bersama Komisi VII DPR. Telepon itu dari ajudan Presiden, meminta Sudirman bersiap-siap untuk ke Istana. Sudirman akan ditelepon lagi jika waktunya sudah tiba.

Selesai rapat di DPR, Sudirman, yang saat itu juga disopiri oleh Muntasir, lalu menuju kantor ESDM, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

"Di kantor seperti biasa, cek dokumen segala macem. Jam 18.15 WIB saya ditelepon oleh ajudan Presiden, ditanya bisa sampai Istana jam berapa, saya bilang 15 menit, oke jalan, seperempat jam," tutur Sudirman.

Sudirman Said bersama kedua adiknya, Sartono (kaos hitam) dan Nuridin (polo shirt). (Hasan Alhabshy/detikcom)

Muntasir pun mengarahkan mobil ke Istana, melewati jalan masuk yang sama seperti 21 bulan lalu. Kondisinya mirip seperti saat dia membawa sang bos menuju Istana pertama kalinya, tak ada wartawan yang tahu, padahal saat itu awak media sedang bersiaga mengamati menteri yang dipanggil Presiden. Bedanya, penantian Muntasir kini jauh lebih singkat. Jika 21 bulan sebelumnya dia menunggu berjam-jam, kini hanya sekitar 10 menit.

Selesai dari Istana, Sudirman meminta Muntasir mengarahkan mobil kembali ke kantor ESDM. Muntasir tak lagi membatin kali itu. Namun dia tahu keesokan harinya, 27 Juli 2016, tepat 21 bulan dari hari pelantikan, sang bos harus meninggalkan kursinya di Kabinet Kerja.


Artikel ini menjadi penutup "Menyapa Mantan Menteri Sudirman Said" hari ini. Namun cerita belum berakhir. Besok cerita soal Sudirman masih ada lagi. detikcom akan menceritakan perjalanan Sudirman selama pulang kampung ke Desa Slatri, Brebes, Jawa Tengah. Ikuti terus artikel-artikelnya! (tor/fjp)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads