Umumnya, orang yang dicopot dari suatu jabatan merasa kecewa. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Sudirman dan keluarga.
"Istri saya, kemudian anak-anak saya juga... kalau Anda lihat WA-nya luar biasa, mereka suka cita. Karena... anak bungsu saya mengatakan: "back to human again!". Ada yang komentar: "you had a great run, selama dua tahun lari kencang luar biasa". Dan alhamdulillah selama ini memang menjadi perbincangan juga," ujar Sudirman soal tanggapan keluarganya soal pencopotan dirinya dari posisi Menteri ESDM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudirman Said di desa Slatri, Brebes, Jawa Tengah (Hasan Alhabsyi/detikcom) |
Hal tersebut disampaikan Sudirman dalam wawancara dengan detikcom di tempat tinggalnya, Jl Cibeber, Jakarta Selatan, Rabu (10/8/2016). Wawancara dilakukan di tengah persiapan Sudirman pulang kampung ke Brebes, Jawa Tengah.
Sudirman menuturkan istri dan anak-anaknya sadar betul sang kepala keluarga bisa dicopot dari kabinet kapan saja. Sehingga saat pencopotan itu benar terjadi, tak ada kekecewaan berarti.
"Nggak ada kecewa, nggak ada kaget, nggak ada apa-apa. Dan sebetulnya saya bertukar pekerjaan sudah 7 kali, 8 kali, jadi anak-anak biasa saja. Berhenti, kerja lagi. Pernah diberhentikan satu dua kali... karena banyak aspek lah ya. Waktu di Pertamina juga sempat berhenti. Walaupun rata-rata saya mengundurkan diri," tutur mantan staf khusus Dirut Pertamina ini.
Sudirman Said dan kedua adiknya, Sartono (berkaos hitam) dan Nuridin (polo shirt). Foto: Hasan Alhabshy/detikcom |
Adik kandung Sudirman, Sartono, memberi tanggapan serupa. Dia mengikuti perjalanan kakaknya selama menjadi menteri dari obrolan dan pemberitaan.
Sartono tahu tekanan dan ancaman jadi makanan Sudirman sehari-hari. Kantor sang kakak bahkan pernah ditembak dan hal itu membuat Sartono ngeri. Sehingga, ketika Sudirman diberhentikan Presiden Jokowi, dia mengaku lega berharap tekanan dan ancaman itu tak akan muncul lagi.
"Ya jujur saja sebenarnya kita lega juga sudah nggak jadi menteri. Waktu itu ancamannya ngeri. Kan bukan cuma dia yang diancam, tapi anak-anaknya juga. Kalau saya mungkin sudah lemas," ujar Sartono saat berbincang dengan detikcom di Brebes, Rabu (10/8) sore.
Senada dengan Sartono, Netty, tetangga kampung di Desa Slatri, Brebes, juga merasa senang Sudirman tak lagi jadi menteri. Wanita yang disebut Sudirman jadi saksi sejarah hidup keluarganya ini melihat perjalanan karir mantan Dirut Pindad itu penuh dengan tekanan.
"Inyong malah seneng udah nggak jadi menteri. Ini orang jujur, kayanya kok udah kegencet-gencet," ujar Netty dengan aksen ngapak yang kental saat bertemu Sudirman di Desa Slatri, Jumat (12/8/2016).
Paman Sudirman Said, Wirham (berkopiah). Foto: Hasan Alhabshy/detikcom |
Paman Sudirman, Wirham, punya tanggapan agak berbeda. Dia sedih sang ponakan berhenti dari posisi menteri sebelum waktunya. Wirham sedih warga Desa Slatri banyak berspekulasi soal penyebab pemberhentian Sudirman. Lebih merasa sedih lagi, karena dia tak bisa menjelaskan penyebabnya saat warga bertanya.
"Sedih banyak yang tanya, tapi saya nggak bisa jawab. Saya tahunya baik-baiknya saja, bangga saya soal kasusnya dengan Novanto dan waktu dia mengembalikan gratifikasi ke KPK," tutur pria 76 tahun yang mengikuti karir Sudirman dari pemberitaan.
Sudirman menemui Netty dan suaminya (Hasan Alhabshy/detikcom) |
Sudirman memang terkenal tegas selama memimpin Kementerian ESDM. Dia diberi tugas berat memberantas mafia migas. Sejumlah langkah revolusioner diambilnya, di antaranya membubarkan Petral. Dia juga membongkar skandal Papa Minta Saham, yaitu kasus pencatutan nama Presiden Jokowi yang dilakukan mantan Ketua DPR Setya Novanto. Sudirman juga tercatat sebagai pemegang rekor pengembalian gratifikasi terbesar ke KPK, yaitu senilai Rp 3,96 miliar. (tor/fjp)












































Sudirman Said di desa Slatri, Brebes, Jawa Tengah (Hasan Alhabsyi/detikcom)
Sudirman Said dan kedua adiknya, Sartono (berkaos hitam) dan Nuridin (polo shirt). Foto: Hasan Alhabshy/detikcom
Paman Sudirman Said, Wirham (berkopiah). Foto: Hasan Alhabshy/detikcom
Sudirman menemui Netty dan suaminya (Hasan Alhabshy/detikcom)