Desa Aboru selama ini terkenal sebagai basis kelompok separatis RMS (Republik Maluku Selatan). Terakhir, 6 warga Aboru ditangkap dan diadili karena mengibarkan bendera RMS saat menari Cakalele di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007.
Kodam Pattimura pun di bawah pimpinan Mayjen TNI Doni Monardo menerapkan pendekatan kesejahteraan kepada masyarakat guna memininalisir konflik dan gerakan separatis. Hasilnya, kini wilayah Aboru sudah lebih kondusif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Elza/detikcom |
Berulang kali Kodam Pattimura memberi bantuan sosial kepada masyarakat di Aboru dan di Pulau Haruku. Pendampingan terus dilakukan guna mendukung atau menambah perekonomian warga setempat dengan memanfaatkan kekayaan alam.
Hingga akhirnya, pelaku separatis yang pernah dipenjara menyatakan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Mereka mengaku sudah bertobat dan tidak mau terlibat lagi pada gerakan RMS. Kodam Pattimura pun mulai tahun ini kembali menerima putera daerah Aboru untuk masuk TNI. Padahal sejak tahun 1999, rekrutmen untuk calon tentara tidak dibuka untuk warga Aboru.
Yohanis Nahumury, siswa kelas 3 SMA 3 Pulau Haruku yang menjadi salah satu pasukan pengibar bendera di Upacara HUT RI di Aboru mengaku ingin menjadi seorang prajurit TNI. Ia punya cita-cita mulai menjaga keamanan wilayahnya yang sempat 'dikucilkan' karena dianggap sebagai basis RMS.
"Cita-cita maju jadi tentara. Sejak kecil saya ingin sekali jadi prajurit. Untuk menjaga desa Aboru, agar tenang dan aman," ujar Yohanis saat berbincang dengan detikcom usai Upacara HUT RI ke-71 di Lapangan Naira, Aboru, Rabu (17/8/2016).
Meski begitu, Yohanis mengaku siap jika ditugaskan di mana saja. Seorang prajurit menurutnya harus bisa mempertahankan kedaulatan negara di setiap tempat tugasnya.
"Saya ingin jadi tentara untuk menjaga keamanan wilayah dan NKRI. Siap ditempatkan di mana saja, melaksanakan tugas yang diberikan," tuturnya.
Yohanis dan pasukan paskibra di Aboru lainnya hanya 5 hari berlatih untuk menjadi pengibar Bendera Merah Putih. Meski dalam waktu yang singkat, anak-anak di Pulau kecil ini dapat diacungkan jempol.
Mereka mendapat pelatihan dari personel Koramil 1504-07 Haruku, Sertu Marten Reyawaru. Itu menambah semangat Yohanis untuk mengejar cita-citanya sebagai abdi negara.
"Pak pelatih memberi motivasi banyak. Kasih semangat dan dorongan. Agar katong (kami) lebih sportif saat berlatih," ucap Yohanis.
Foto: Elza/detikcom |
Hal senada juga disampaikan salah satu rekan Yohanis, Lisye Saiya. Ia mengaku senang bisa menjadi ikut Paskibra dan tampil di hadapan Pangdam Pattimura serta Menteri Rini. Lisye pun punya cita-cita mulia lain.
"Saya mau kuliah di akademi perawat. Supaya bisa membantu warga di sini kalau ada yang sakit," kata dia.
Kapendam Pattimura, Kolonel Hasyim Lalhakim menyebut pihaknya akan memberikan pendampingan bagi pasukan Paskibra di Aboru. Terutama Yohanis yang berkeinginan menjadi prajurit TNI.
Pendampingan bertujuan agar putera-putera daerah mampu mempersiapkan diri dengan baik agar bisa lulus tes masuk prajurit. Apalagi Yohanis merupakan paskibra sehingga Kodam Pattimura akan memberi prioritas lebih sebagai bentuk reward dari prestasinya. Hanya saja Yohanis tetap harus mengikuti tes dan memenuhi semua kriteria yang diwajibkan untuk menjadi seorang prajurit.
"Kita beri pendampingan dan prioritas untuk lebih siap mengikuti seleksi," ungkap Hasyim.
Kodam Pattimura menyatakan kebanggaannya kepada putera/i daerah yang mau berpartisipasi aktif dalam peringatan HUT RI. Peran anak-anak sekolah dinilai Hasyim sangat penting dalam memajukan kebesaran bangsa.
"Upacara 17 Agustus di Pulau Haruku dipusatkan di Dusun Naira, Desa Aboru merupakan kali pertama dilaukan. Terlihat dengan antusiasnya masyarakat dan siswa-siswi dari SD-SMA. Bahkan anak TK pun ingin ikut upacara dan kami persilakan mengikuti di tenda undangan," paparnya.
"Kita berharap dari sejak dini mereka sudah dikenali dengan sejarah bangsa Indonesia dengan segala sisi ke-Indonesian-nya sesuai strata sekolahnya," lanjut Hasyim.
Tiga putera daerah Aboru tahun ini diterima sebagai prajurit TNI. Mereka adalah Brandon Hendrik, Polipus Riry, dan Berto Akihari. Penerimaan prajurit TNI dari putera daerah saat ini memang sedang diutamakan.
"Kodam telah memfasilitasi putera-putera daerah Maluku dan Maluku Utara yang ingin masuk militer dengan memberikan pelatihan di Rindam," sebut Hasyim.
Salah satu penari Cakalele yang sudah bebas dari penjara, Arens Saiya (43) menyatakan kebahagiaannya karena kini anak-anak Aboru sudah bisa masuk institusi militer. Ia punya pengalaman buruk sehingga membuatnya sempat menjadi simpatisan RMS.
"Sekarang anak-anak baru di tentara sudah masuk. Itu kami bangga. Memang tidak ada keluarga saya yang masuk tentara itu, tapi saya bangga juga," kata Arens.
Bapak dua anak ini berharap pemerintah tidak lagi menganaktirikan anak-anak yang berasal dari Aboru. Selain di instansi militer, Arens meminta agar putera-puteri daerah Aboru bisa diperkenankan masuk atau bekerja sebagai PNS dan petugas kepolisian.
"Saya minta pemerintah perhatikan Aboru, agar anak-anak bisa tes di instansi pemerintah atau polisi. Karena yang bisa mmengubah orang Aboru hanya orang Aboru sendiri. Tolong diperhatikan anak-anak Aboru, sehingga mereka bisa bina kami di sini," tandasnya.
(elz/imk)












































Foto: Elza/detikcom
Foto: Elza/detikcom