Sosok penari yang menonjol karena satu-satunya yang memakai pakaian serba hijau dan mahkota itu selalu hadir dalam setiap 'ritual'. Kali pertama wanita berparas ayu khas gadis Sunda muncul saat upacara penurunan kereta kencana Ki Jaga Raksa yang akan dipinjam sebagai pengantar bendera pusaka dari Monas ke Istana negara.
Kemunculannya yang kedua adalah pada Senin 15 Agutus kemarin malam saat Pemkab Purwakarta menggelar acara penurunan bendera merah putih yang berada di Gedung Negara Bale Nagri untuk diserahkan pada anggota paskibra dan pengiringnya untuk dikibarkan dalam upacara bendera pad Rabu 17 Agustus besok di Taman Pasanggrahan Padjajaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari dulu sampai sekarang kita ada tradisi membuat bubur merah dan putih saat ada bayi yang lahir. Lalu masyrakat pesisir memiliki kebiasaan menyimpan atau melilitkan kain merah dan putih di atap rumah. Jadi sebenarnya dua warna ini sudah melekat sejak lama sebelum akhirnya menjadi warna bendera," jelas Dedi, Selasa (16/8/2016).
![]() |
Lebih lanjut Dedi mengungkapkan, sosok Nyi Ratu pun adalah sosok legenda yang secara tidak langsung mengisahkan seorang gadis yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Terlebih legenda Nyi Ratu Kidul yang tersohor sebagai penjaga laut selatan membuat sebagian orang masih percaya terhadap mitos sehingga tak berani merusak laut.
"Kalau era modern seperti ini saya sudah pernah bilang kalau sosok Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti sebagai sosok Nyi Ratu Kidul. Karena dia sosok yang berani menjaga kekayaan laut kita," ungkapnya.
Sementara itu pemeran Nyi Ratu 'Purwakarta', Cinta Rizkiya, mengaku bangga karena selalu dipercaya menjadi sosok yang dianggap legenda yang tersohor seantero Nusantara.
Menurut Cinta, awalnya dia sempat canggung dan pesimis untuk menari sebagai Nyi Ratu. Namun dengan tekad yang kuat akhirnya dia pun kini sudah terbiasa untuk dipercaya sebagai penari utama tersebut. "Ya memang kalau saat tari itu kadang suka merinding. Gak tahu kenapa," kata Cinta. (rvk/rvk)