"Pendidikan ini adalah satu wilayah yang jangkanya panjang. Jadi kalau melakukan perubahan di dunia pendidikan jangan membayangkan seperti bangun tol, besok kelihatan, bangun jembatan, besok kelihatan. Jadi kita harus berpikir jangka panjang, tapi yang dikerjakan harus jangka pendek dan cepat, tapi efeknya jangka panjang," kata Anies dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (9/8/2016) lalu.
(Rengga Sancaya/detikcom) |
Penggagas gerakan Indonesia Mengajar ini mengatakan yang dibutuhkan Indonesia adalah karakter mencintai belajar. Segala macam kebijakan yang dibuat Pemerintah, ujungnya harus membuat orang cinta belajar, baik itu siswanya, maupun gurunya. Anies sudah merintis pembentukan karakter mencintai belajar ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anies mengatakan, saat menjabat, Kemdikbud sudah membangun upaya untuk membuat sekolah jadi menyenangkan. Sekolah menyenangkan tak hanya untuk siswa, tapi juga untuk guru-gurunya.
"(Dengan kebijakan Pemerintah) kepala sekolah mendadak, wah, kita harus bikin sekolah menyenangkan. Gimana ya sekolah saya bisa menyenangkan. Kriteria sukses tidaknya sekolah gampang, menyenangkan, gimana gurunya menyenangkan. Wah itu nanti tempat itu adiktif, orang cinta dengan sekolah," ujar mantan Rektor Universitas Paramadina ini.
Anies dan anak ketiganya Kaisar Hakam Baswedan (Rengga Sancaya/detikcom) |
Sekolah menyenangkan ini harus bisa menghasilkan generasi yang siap menghadapi masa depan. Ada 4 kemampuan yang harus bisa dibentuk oleh sekolah.
"Kita harus menyiapkan anak-anak untuk abad ke depan. Abad ke depan itu diperlukan penguasaan literasi, diperlukan karakter yang baik, dan diperlukan kemampuan 4 C: Creativity, critical thinking, collaboration, communication. Kalau pegang itu, rasanya bisa, jadi nggak rumit-rumit," ulas Anies.
(tor/fjp)












































(Rengga Sancaya/detikcom)
Anies dan anak ketiganya Kaisar Hakam Baswedan (Rengga Sancaya/detikcom)