Cerita sepak terjang politik Anies dimulai dari keikutsertaannya di konvensi capres Partai Demokrat (PD) 2014 lalu. Saat itu dia ikut dalam kompetisi merebut tiket capres -- yang belum tentu dimiliki PD -- bersama 10 tokoh lainnya, yaitu Dahlan Iskan, Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Haris Sarundajang.
(Rengga Sancaya/detikcom) |
Saat itu, banyak yang mempertanyakan langkah Anies Baswedan. Apa penjelasan mantan Rektor Universitas Paramadina itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika saya ditawari, diundang ikut konvensi, saya katakan saya siap. Kenapa? Ini sekalian fardu kifayah. Kalau sudah ada orang yang mau mengerjakan, selesai tanggung jawab saya. Tapi kalau belum, waktu itu lihat siapa yang maju di depan-depan itu, nggak usah sebut nama lah, rasanya Republik ini nggak nyaman tuh, dan saya siap," sambung pria yang meraih gelar sarjana ilmu ekonomi dari Universitas Gajah Mada ini.
Pada akhirnya, tiket capres memang tak berhasil dipegang PD. Tokoh-tokoh yang ikut konvensi pun tak jadi mentas di Pilpres 2019. Namun karier politik Anies tak berhenti. Dia diajak Jokowi-JK membantu tim kampanye sebagai juru bicara.
"Pak Jokowi ini orang baik. Saya selalu katakan ini orang baik, karena itu saya mau bantu orang baik. Dan kalau ada orang baik maju, tanggung jawab orang baik lainnya, kita-kita semua ya membantu, jangan diam. Karena saya sering mengatakan, orang baik itu kalah bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena banyaknya orang baik lain memilih diam, karena itu yuk diewangi," tutur Anies.
"Saya sudah mengatakan hal itu sebelum diminta Pak Jokowi, saya sudah katakan ke mana-mana," imbuh Doktor ilmu politik dari Northern Illinois University, AS, ini.
(Rengga Sancaya/detikcom) |
Selayaknya perjalanan seorang politisi, karier Anies juga penuh dengan isu dan intrik politik. Anies, jauh setelah konvensi, masih disebut-sebut berambisi jadi orang paling berkuasa di negeri ini. Isu itu terus menggelayutinya, terus menghantui.
"Koyo gawaan bayen (seperti bawaan bayi -red). Apapun yang saya kerjakan (dikaitkan dengan pencapresan -red)," ujar Anies heran.
(Rengga Sancaya/detikcom) |
Hantu isu pencapresan ini juga mengiringi pemberhentiannya dari kursi Mendikbud. Setelah Presiden Jokowi mengumumkan pemberhentiannya, isu bahwa Anies diberhentikan karena dianggap mempersiapkan diri maju di Pilpres 2019 dihembuskan. Anies tegas menepis isu itu.
"Jadi kalau teman-teman kroscek ke semua orang-orang di eselon I eselon II, garisnya itu selalu saya mengikuti arahan Presiden. Jadi suara-suara itu sudah lama. Tapi kan, apa ya, apa ya kalau kita mengahbiskan waktu menjawab, "oh nggak, oh nggak oh nggak", habis waktunya," ujar Anies.
"Dan memang tidak ada yang dikerjakan untuk persiapan 2019. itu bisa di double check semua, nggak ada!" tambah Anies.
(tor/fjp)












































(Rengga Sancaya/detikcom)
(Rengga Sancaya/detikcom)
(Rengga Sancaya/detikcom)