Dedi mengaku awal pembuatan kereta kencana sekitar 2009 dia sering kali menerima caci, maki, bully, ancaman, hingga penghakiman musrik dari individu mau pun kelompok yang tidak setuju dengan idenya itu.
"Dulu selalu ada cacian, makian, bully, hingga saya dibilang musrik. Mereka mempertanyakan mengapa saya membuat dan menyimpan kereta itu (Ki Jaga Raksa)," ucap Dedi saat memberi sambutan dalam acara penurunan bendera pusaka merah-putih milik Pemkab Purwakarta sekaligus pengukuhan anggota Paskibra dan para pengiringnya di Taman Maya Datar, Senin (15/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai warga Jabar dan masyrakat Sunda, Dedi pun merasa malu dengan perlakuan masyrakat Bali yang malah lebih menghargai Siliwangi dengan membuat sebuah monument patilasan di Gunung Salak.
"Sedangkan orang Sunda-nya kemana? Mereka malah malah menjual kebesaran nama Siliwangi dan Padjajaran dalam bentuk proposal," sesalnya.
Meski sempat disebut musrik Dedi tetap berkeyakinan jika penghargaan dalam bentuk membuat kereta kencana tersebut tak lain untuk mengingatkan masyarakat akan kebesaran dan kebanggaan masyrakat Sunda dan Jabar terhadap Raja Pajajaran, yakni Maharaja Sri Baduga Siliwangi atau lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi.
"Nasionalisme kita telah digadaikan pada bangsa Eropa dan Timur hanya atas nama modernisasi dan atas nama pahala. Saya yakin yang bisa menilai dan mengetahui itu semua hanya Allah SWT dan Rasulullah SAW," pungkas Dedi.
Seperti diketahui kereta kencana Ki Jaga Raksa dibuat oleh Pemkab Purwakarta pada tahun 2009 lalu di Solo. Kereta tersebut sengaja dibuat sebagai bentuk penghargaan terhadap Prabu Siliwangi. Nama Ki Jaga Raksa diambil dari gelar Prabu Siliwangi yakni Ki Pamanah Rasa. Secara harfiah Ki Jaga Raksa berarti Sang Penjaga Hati.
Sejak Kamis 11 Agustus lalu kereta kencana yang biasa disimpan di teras Gedung Negara Bale Nagri, Kabupaten Purwakarta itu telah dibawa ke Jakarta. Nantinya kereta tersebut akan membawa replika bendera pusaka dan bendera yang akan dikibarkan dalam upacara kemerdekaan dari Monas ke Istana Negara pada Rabu 17 Agustus 2016.
(dnu/dnu)