"Ada dua yang ingin saya sampaikan. Orangtua, termasuk saya, empati kita kepada guru itu bukan tukang, tapi dia kan pendidik kita, kita harus punya kepercayaan kepada para guru," kata Mantan Juru bicara Kemdikbud, Ibnu Hamad.
Ibnu menyampaikan itu dalam diskusi bertajuk 'Duhh... Dunia Pendidikan, Tak Pernah Sepi Persoalan' di Gado Gado Boplo, Jalan Gereja Teresia, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau gurunya tidak komunikatif dengan murid dan orangtua, mohon maaf, (akan dapat) menimbulkan ketegangan. Jadi dua hal ini harus ditingkatkan," ujarnya.
Sementara itu, praktisi pendidikan Antarina F Amir menyatakan, kasus guru Dasrul lagi-lagi merupakan contoh bahwa kita sebagai orang dewasa tidak mengambil tindakan atau keputusan berdasarkan kebutuhan anak.
"Pertama, kalau sampai si anak dilakukan tindakan fisik, itu jelas si gurunya tidak punya kompetensi," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Sebab, lanjutnya, proses pembelajaran dan pembangunan karakter itu sangat bergantung bagaimana interaksi antara guru dan murid. Penelitian menunjukkan bahwa pengayaniayaan secara fisik kepada murid akan berakibat pada anak menjadi tidak percaya diri, ketakutan, serta mematikan kreativitas.
Di lain sisi, Antarina juga menyangkan orangtua yang mengambil tindakan bermusuhan dengan guru. Seharusnya, antara orangtua dan guru harusnya harus terjalin kolaborasi yang positif.
"Lakukan yang terbaik untuk anak, bukan untuk sekolah, guru dan untuk siapa. Kita harus lakukan yang terbaik untuk murid," tutupnya.
(idh/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini