Tentang 'Memanusiakan' Pohon di Korea

Anyonghaseo (25)

Tentang 'Memanusiakan' Pohon di Korea

M Aji Surya* - detikNews
Jumat, 12 Agu 2016 15:40 WIB
Foto: M Aji Surya/detikcom
Seoul - Anyonghaseo. Semua mafhum bahwa menyayangi sesama manusia adalah kewajiban. Kepada binatang pun juga demikian. Bagaimana perlakuan terhadap tumbuh-tumbuhan?

Bulan Agustus merupakan puncak musim panas di Negeri Ginseng. Matahari serasa persis berada di atas ubun-ubun. AC harus selalu dihidupkan agar bisa bekerja di kantor dengan nyaman dan tidur nyenyak di kamar. Maklumlah, seringkali suhu udara bisa mendadak 33 derajat celcius pagi hari dan melonjak 36 derajat di sore hari.

Foto: Indra Wijayanto/detikcom

Jika biasanya jalan kaki di taman-taman Kota tidak terasa capek selama satu jam. Di musim panas seperti ini, sebaiknya berhenti dan istirahat setiap 15 menit untuk minum. Berteduhlah di bawah pohon yang rindang agar oksigen yang terserap lebih banyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di saat matahari mencorong, pepohonan bekerja keras untuk tumbuh dan berkembang. Daun-daun terlihat hijau dimana-mana. Bukit dan lembah seolah dikuasai oleh pepohonan yang sedang berpesta-pora. Menari-nari dengan daun yang melambai. Mereka, pada galibnya, sedang memproduksi makanan untuk disimpan selama musim dingin, saat matahari secara alamiah enggan muncul.

Di negeri empat musim, musim semi dan panas adalah waktunya untuk bercocok tanam. Waktunya untuk menanam pepohonan. Semua harus bergerak cepat agar kesempatan singkat yang diberikan Tuhan tidak menguap begitu saja.

Foto: Indra Wijayanto/detikcom

Dinas pertamanan kota di Korea misalnya, mereka aktif menanam pohon-pohonan di pinggir jalan, pinggir sungai dan taman-taman dengan seksama. Diukur jaraknya, diatur ketinggiannya dan disemai sedemikian rupa. Maksudnya agar tumbuhnya bareng dengan tinggi dan kerindangan yang sama. Estetika sangat diperhatikan.

Menurut seorang pecinta lingkungan dari Busan, Indra Wijayanto, tumbuh-tumbuhan memiliki hak untuk dicintai dan disayangi. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana cara orang Korea memperlakukan pohon sebagai penghasil oksigen, mirip dengan memperlakukan manusia. Karena saling membutuhkan, maka keduanya saling menyayangi.

Disebutkan, rata-rata pohon di tengah kota di Korea dibudidayakan di daerah pinggiran atau di daerah gunung lalu dipindah ke kota ketika sudah relatif besar. Setelah ditanam, pohon tersebut akan ditopang dengan menggunakan batang kayu yang dilapisi sabut kelapa. Hal ini sepertinya dimaksudkan agar sang pohon tidak merasa sakit atau terluka apabila bersentuhan dengan kayu penopang. Selain dilakukan perawatan rutin dengan menyiram dan memberi pupuk ada beberapa perlakuan khusus yang jarang dijumpai di Indonesia.

Pada musim panas dengan suhu rata rata di atas 35Β°C, pepohonan juga sama dengan manusia, butuh minuman suplemen penambah energi. Tidak heran kalau pengelola pertamanan kemudian memberikan pengairan dengan sistem infus kepada pohon dengan menetesi batang dan tanah agar pohon tidak kekurangan air, kehausan dan dehidrasi.

Khusus pada musim dingin, pohon yang ringkih akan dilindungi atau diselimuti dengan aneka ijuk yang dibentuk seperti tikar agar terhindar dari serbuan angin dingin. Mereka perlu mendapatkan sentuhan perhatian maksimal agar pada musim panas membalas budi baik manusia dengan menyemburkan oksigen yang menyegarkan.

Foto: Indra Wijayanto/detikcom

Jujur, perike-pohon-an tidak akan berkembang kalau belum mengamalkan peri-kehewan-an. Dan keduanya jarang muncul dalam masyarakat yang tidak peduli manusia lainnya atau tidak punya perikemanusiaan yang tinggi. Padahal manusia, binatang dan tumbuhan merupakan makhluk Tuhan yang saling membutuhkan.

Nah, pada waktu sebagian manusia masih saling "menerkam" demi kepentingan primordial sesaat, dan sebagian lainnya menyayangi tumbuh-tumbuhan, ada baiknya kita merenung sambil introspeksi: dimana posisi kita sekarang?

*Penulis alumni Pondok Gontor dan kini tinggal di Republik Korea (try/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads