Mengenal Keteladanan dan Kesederhanaan Bapak Kepolisian RS Soekanto

Mengenal Keteladanan dan Kesederhanaan Bapak Kepolisian RS Soekanto

Idham Kholid - detikNews
Kamis, 11 Agu 2016 19:16 WIB
Peluncuran buku biografi Bapak Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Raden Said Soekanto. Foto: Idham Kholid/detikcom
Jakarta - Polri meluncurkan buku biografi Bapak Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Soekanto menjadi Kapolri pertama yang menjabat pada tahun 1945 hingga 1959.

Buku ini diluncurkan di Auditorium PTIK, Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (11/8/2016). Peluncuran buku ini juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Penulisnya dua orang, yaitu mantan Kapolri Jenderal Awaluddin Djamin dan sejarawan dari UI Ambar Wulan. Soekanto merupakan pendiri, peletak dasar administrasi dan hal lainnya dalam institusi kepolisian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peluncuran buku biografi Bapak Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Raden Said Soekanto (Foto: Idham Kholid/detikcom)


Ambar mengatakan, Soekanto memimpin Polri saat dalam situasi perang sebab Belanda kembali ingin menguasai Indonesia melalui upaya agresi militer. Selain itu, Polri juga bertugas memberikan keamanan bagi masyarakat.

"Dulu dalam situasi perang, lalu apakah berarti tak ada kriminalitas? Saat itu, kriminalitas juga tidak normally, tapi juga diciptakan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia," kata Ambar dalam jumpa pers peluncuran buku.

"Bagaimana Pak Kanto membawakan ini bisa melaksanakan fungsi Polri secara profesional," sambungnya.

Selain suasana perang, suasana perpolitikan dalam negeri juga luar biasa pasca merdeka. Masa kepemimpinan Soekanto lebih banyak diwarnai situasi tata kenegaraan yang parlementer.

Namun, Soekanto masih dipercaya memimpin Polri hingga tahun 1959 meskipun posisi Perdana Menteri saat itu jatuh bangun dan berganti.

"Ini sebuah keteladanan yang saat ini masih sangat relevan, bagaimana membawa polisi ini tidak berpolitik praktis, tapi polisi harus tahu politik, karena polisi ada di dalam masyarakat," ujarnya.

"Keteladanan lain juga, dalam 14 tahun memimpin, dia (Soekanto) tidak punya apa-apa. Hingga akhir hidupnya dia tinggal di salah satu rumah di kompleks Polri Ragunan. Inilah nilai yang sangat relevan," urainya.

Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, Soekanto memulai tugas sebagai Kepala Kepolisian dari nol serta tidak ada kantor maupun staf yang membantu.

Tugas pertama dari Presiden Soekarno saat itu adalah mengubah dari mental kepolisian kolonial menjadi Kepolisian Nasional.

Peluncuran buku biografi Bapak Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Raden Said Soekanto (Foto: Idham Kholid-detikcom)


Boy mengatakan, Soekanto membangun organisasi Polri dari tingkat Mabes hingga Polsek. Satuan Polisi Perairan, Polisi Perintis, Polisi Udara, Polisi Lalu Lintas, laboratorium kriminal NCB Intepol hingga mengembangkan Polisi Wanita juga merupakan bentukan Soekanto.

"Ini senada dengan ucapan Jenderal Polisi (purn) Hoegeng yang mengatakan 'tanpa RS Soekanto tidak mungkin ada Polri seperti sekarang ini'," kata Boy dalam kesempatan yang sama.



(idh/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads