"UU Desa akan membawa banyak uang ke desa. Sayang sekali jika tidak digunakan untuk membangun sesuatu yang memiliki dampak ekonomi berkelanjutan. Seluruh warga dapat menikmati. Warga harus mampu melangkah bersama selesaikan masalah perut dan kantong," ujar Yoyok Riyo Sudibyo dalam keterangannya, Minggu (7/8/2016).
Ia menjelaskan, Konsep BUMDes yang sedang sangat fokus pada partisipasi warga. Dengan modal yang dimiliki, setiap BUMDes bisa mengelola proyek-proyek pembangunan desa. Selain itu, warga juga dapat memanfaatkan pinjaman modal dengan bunga ringan. Yoyok yakin strategi ini dapat mengurangi ketergantungan masyarakat desa pada rentenir, bahkan perbankan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya sampai di situ, Yoyok juga sudah membangun komunikasi dengan beberapa perusahaan start-up untuk membantu pemasaran produk masyarakat desa. Kerja sama ini juga nantinya akan jadi bagian dari sistem yang sedang dibangun.
"Untuk membuat perut warga kenyang, kita tidak bisa hanya mengandalkan investasi dari korporasi besar dan menempatkan warga sebagai pekerja yang pasrah menunggu gaji bulanan. Warga hingga tingkat terkecil harus terus dibantu berinovasi," pungkas Yoyok Riyo.
Ia menambahkan, model serupa bisa diterapkan di kelurahan di kota-kota besar, terutama di perkampungan miskin.
"Coba bayangkan kalau sistem itu diterapkan di setiap kelurahan di kota besar. Ada berapa banyak usaha kecil yang dapat lebih terangkat," tutup peraih Bung Hatta Anti-Corruption Award itu.
Kendati demikian, Yoyok mengingatkan bahwa elemen penting dari pendirian BUMDes adalah transparansi. Pasalnya apabila tradisi transparansi tidak dibangun, maka BUMDes akan bernasib sama dengan jutaan Koperasi Unit Desa (KUD) di Indonesia, yang bangkrut akibat praktik korupsi dan spekulasi.
(alg/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini