Acara itu diikuti 24 kabupaten atau kota dan 3 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Mereka bertemu untuk kembali mendengungkan pentingnya gerakan urban farming. Tak hanya itu, kegiatan ini menjadikan wilayah perkotaan terlihat asri. Pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami aneka sayur mayur, tomat, cabe, dan lain sebagainya bisa menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada pasar.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu contohnya, pembangunan e-park di seputaran GOR Tawangalun Banyuwangi. Lahan kosong di sudut tempat olahraga ini disulap menjadi kebun sayuran dan buah yang menarik. Tak hanya itu, tatanan tanaman rapi membuat beberapa anggota konferensi berdecak kagum.
"Ini luar biasa, misi Indonesia Berkebun sudah dilakukan Banyuwangi sejak lama. Indonesia Berkebun itu tujuannya tiga E, yaitu ekologi, edukasi dan ekonomi dengan cara memanfaatkan lahan-lahan tidur untuk dijadikan kebun yang produktif. Ini patut dicontoh untuk daerah kabupaten atau kota lainnya," ujar Kepala Sekolah Akademi Berkebun, Ida Amal, yang menjadi salah satu penggerak Indonesia Berkebun.
![]() |
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberikan ide tambahan dalam menyerukan urban farming. Menurut Bupati Anas, Gerakan Berkebun, juga bisa ikut serta menekan tingkat inflasi suatu daerah.
"Jika separuh saja, masyarakat Jawa Timur menggalakan urban farming, tingkat inflasi bisa ditekan lebih rendah lagi, karena masyarakat tidak tergantung dengan harga pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkap Bupati Anas saat membuka acara Konferensi IV Indonesia Berkebun di e-park yang berada di komplek GOR Tawang Alun, Banyuwangi, Sabtu (6/8/2016).
"Gerakan urban farming ini telah kita lakukan sejak lama. Tidak hanya berkebun, kita juga menggalakkan kolam-kolam ikan dan gerakan manghidangkan buah-buah lokal sebagai support untuk kegiatan tersebut," tambahnya.
Dia menambahkan, inflasi Banyuwangi pasar bulan Juli 2016 sebesar 0,43%, nomor dua terendah di Jatim. Inflasi Januari-Juli 2016 Banyuwangi 1,49%, lebih rendah dari rata-rata Jatim 1,85%. "Ini cukup baik dan akan kita jaga di level yang moderat sehingga tidak mengganggu daya beli warga," ujarnya. (dhn/dhn)