"Yang mulia Presiden Petro Poroshenko, merupakan satu kehormatsn bagi saya menerima kujungan yang mulia Presiden Petro Poroshenko beserta seluruh delegasi," kata Jokowi mengawali sambutannya dalam menyambut Petro di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (5/8/2016).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertemuan saya dengan Presiden Poroshenko berlangsung sangat produktif. Indonesia tidak pernah lupa akan jasa Ukraina karena delegasi Ukraina lah yang pertama mengajukan Indonesia question ke PBB tahun 1946. Dan Ukraina merupakan mitra dagang terbesar kedua di daerah Eropa timur dan tengah. Kita mengharapkan terciptanya stabilitas politik dan ekonomi di Ukraina," kata Jokowi.
Beberapa kerja sama yang dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain di bidang perdagangan dan investasi. Jokowi mengatakan, Indonesia ingin agar ada akses pasar bagi produk unggulan Indonesia seperti kakao, minyak, kertas.
"Serta perluasan distribusi produk farmasi dan alat kesehatan dan juga kemungkinan kerja sama antara Indonesia dan Ukraina di bidang pembuatan turbin untuk power plan. Dan juga yang berkaitan dengan investasi pengolahan kakao di Indonesia," kata Jokowi.
"Kami juga bertukar pikiran mengenai isu strategis di tingkat internasional dan kita menyambut baik 4 perjanjian di bidang pertanian, bebas visa, pelatihan diplomatik dan pertahanan," tambah Jokowi.
Sementara itu, dalam sambutannya, Petro Poroshenko juga membalas sanjungan dari Jokowi. Disebutkan Poroshenko, Indonesia merupakan mitra utama di Asia Tenggara dengan kekuatan dan pengaruh yang luar biasa.
"Indonesia sahabat utama di Asia Tenggara dengan kekuatan pengaruh yang luar biasa. Kami hari ini ada pertemuan isu-isu di bidang ekonomi dan lainnya. Kami sepakat banyak hal pertemanan itu menjamin kerjasama. Kami setuju lanjutkan kerjasama kedua negara. Kami tidak bisa terima kunjungan Presiden Indonesia ke Ukraina selama 20 tahun, sekarang kami perluas kerjasamanya. Secara pribadi, saya ingin sampaikan terima kasih, diplomat Ukraina telah membuka isu kemerdekaan Indonesia di PBB," kata Petro Proshenko.
(rjo/rvk)