Cerita Abah Uju Jual Suling secara Kredit dan Disebut Sesat karena Ajarkan Musik

Cerita Abah Uju Jual Suling secara Kredit dan Disebut Sesat karena Ajarkan Musik

Tri Ispranoto - detikNews
Jumat, 05 Agu 2016 17:59 WIB
Abah Uju dikunjungi Bupati Dedi Mulyadi (Foto: Tri Ispranoto/detikcom)
Purwakarta - Selain sukarela menjadi orang perpustakaan keliling, Ramhat Djudju Djunaedi atau Abah Uju, ternyata memiliki keahlian lain. Pria berusia 68 tahun itu ternyata mahir membuat suling dan memainkan musik menggunakan alat yang terbuat dari bambu jenis tamiang itu.

Abah Uju menceritakan, awal keahliannya itu bermula saat dia masih bekerja sebagai mandor sadap di PTPN VIII. Saat itu dia menemukan sebidang tanah yang ternyata ditumbuhi oleh bambu tamiang dengan jumlah cukup banyak.

"Awalnya saya bikin itu otodidak. Ternyata gagal terus, tidak ada yang bunyi," beber Abah Uju di rumahnya, Jalan Raya Darangdan-Bandung (belakang PAUD Al Hikmah), Desa Gununghejo, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jumat (5/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga akhirnya sekira tahun 1994, Abah Uju memutuskan untuk membeli beberapa jenis suling yang dijual oleh pedagang suvenir di Kebun Binatang Bandung. Dari situ dia mulai meniru segala hal mendetail agar menyerupai dengan suling yang dibelinya.

Usahanya itu tidak sia-sia. Akhirnya Abah Uju berhasil membuat suling dengan suara nyaring sesuai dengan keinginannya. Semenjak itu dia rajin membuat suling dan berlatih menembangkan lagu-lagu kesukaan dari alat musik yang dibuatnya.

Selepas pensiun, Abah Uju mulai aktif membuat suling di tengah kesehariannya menjadi relawan perpustakaan keliling. Hingga suatu saat dia menawarkan suling-suling buatannya itu secara kredit dengan bonus mengajarkan cara bermain pada anak sekolah.

Abah Uju dan sepeda yang dipakai berkeliling untuk membawa buku

"Hari pertama dan kedua anak-anak belajar dan bisa satu lagu. Hari ketiga ternyata gak ada yang bawa suling, awalnya tidak ada yang mengaku kenapa alasannya. Akhirnya setelah dibujuk ada yang mengaku diajarkan oleh guru ngaji-nya, kalau bermain suling itu perbuatan setan dan haram," ungkapnya.

Mendengar hal tersebut Abah Uju mengakhiri masa 'transfer' ilmunya terhadap anak-anak sekolah. Bahkan uang suling sebanyak 150 buah yang baru dicicil 50 buah itu dia biarkan dan tidak ditagihkan pada pihak sekolah.

Abah Uju sendiri hingga saat ini masih aktif membuat suling. Bahkan Pemkab Purwakarta secara khusus menggajinya untuk membuat suling di lingkungan Pendopo Kabupaten Purwakarta sebagai bahan pembelajaran masyarakat sekaligus menjadi suvenir yang bisa dibeli oleh umum. (trw/trw)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads