Waluyo Jadi Tukang Sapu di Semarang Selama Setahun Setelah Dinyatakan Meninggal

Waluyo Jadi Tukang Sapu di Semarang Selama Setahun Setelah Dinyatakan Meninggal

Edzan Raharjo - detikNews
Selasa, 02 Agu 2016 23:50 WIB
Foto: Edzan Rahardjo/detikcom
Yogyakarta - Warga Kampung Suryoputran Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta digemparkan dengan munculnya Waluyo (62) yang telah setahun meninggal. Bahkan keluarga Waluyo sudah berkali-kali menziarahi makamnya.

Waluyo dikabarkan meninggal dan jenazahnya di makamkan setahun lalu. Namun dia kini masih hidup dan kembali pulang ke rumahnya.

Keluarga dan tetangga Waluyo antara percaya dan tidak saat melihat Waluyo pulang ke rumah. Warga pun berdatangan ke rumah Waluyo. Aparat kepolisian pun juga mendatangi rumah Waluyo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istri Waluyo, Alim Eskatinah (64) mengatakan saat pertama kali Waluyo pulang ke rumah, ia bingung dan sempat mundur terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, para tetangga datang untuk memastikan apakah yang datang Waluyo atau bukan. Setelah pihak kepolisian datang dan menanyai, keluarga mulai yakin bahwa yang datang benar-benar Waluyo.

"Iki tenan opo ora to, saya mundur dulu, wong mati kok urip meneh, saya kaget (ini bener atau tidak ya, terus saya mundur dulu, orang sudah mati kok hidup lagi, saya terkejut)," kata Nenek Alim ditemui di rumahnya di kampung Suryoputran PB/ 43 kecamatan Kraton Yogyakarta, Selasa (2/8/2016).

Keluarga, kerabat, tetangga semua datang ke rumah. Mereka mengetes Waluyo untuk menyebut nama-nama anggota keluarga dan warga yang datang ke rumah. Dan Waluyo masih hafal menyebut satu persatu. Ini yang membuat keluarga dan warga yakin bahwa Waluyo memang masih hidup. Tetapi, yang dulu sudah dimakamkan itu yang kini jadi pertanyaan.

"Sedulure Bapak niku, pertama sing dingetke nggon bagian kaki, nek dudu barang (saudara-saudaranya itu pertama datang yang dilihat itu bagian kakinya, untuk memastikkan ia apa bukan)," kata Nenek Alim.

Setelah ditanya oleh keluarga, Waluyo selama ini pergi ke Semarang. Waluyo mencari pekerjaan di Semarang dengan menjadi tukang sapu. Karena Waluyo tidak pernah pegang handphone, maka komuniKasi dengan keluarga pun hilang.

"Bapak pergi ke Semarang, gelandang ngeten, nyapu-nyapu jalan. Sebulan dibayar 700 ribu katanya," kata Alim.

Istri Kakek Waluyo, Nenek Alim mengatakan dulu yang dirawat di RS Sardjito benar-benar mirip dengan suaminya. Nenek Alim yang menunggui setiap hari orang yang mirip Waluyo tersebut sampai akhirnya meninggal.

Setelah meninggal, jenazah mirip Waluyo dimakamkan di dusun Suren, Patalan, Jetis, Bantul, DIY tempat kelahiran Waluyo. Istri Waluyo, Nenek Alim menjelang bulan puasa kemarin juga berziarah ke makam yang mirip dengan suaminya itu. Anak-anak dan saudara-saudara Waluyo juga sudah beberapa kali berziarah di makam yang belum diberi batu nisan tersebut.

Setelah kembalinya Waluyo, pihak keluarga juga tidak mengetahui siapa jenazah yang mirip Waluyo dan telah dikuburkan setahun silam tersebut. Keluarga mengaku selama ini Waluyo tidak mempunyai kembaran.

(jor/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads