"Ya pernah kepikiran (jadi seniman) itu sekitar tahun '70-'75, waktu itu saya ngga kerja ya gitu-gitu aja ngebuat angklung, kulintang dan saya sempat ngamen juga di Bandung, sampai tahun '85 selama setahun penuh saya nggak berhenti-berhenti ya cuma bikin alat musik aja," kata Maman di rumahnya di Jl. Mawar IV Komplek Candra Baru, Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (02/08/2016). Maman tinggal di rumah kontrakan itu bersama istri dan tiga cucunya.
Dengan antusias, Maman lalu menunjukkan satu set angklung dan kulintang yang dia buat. Maman menjelaskan secara rinci kepada detikcom bagaimana membuat nada dasar secara rinci alat musik kulintang dan mempraktikan permainan musiknya yang handal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ya dulu pengennya semacam seniman daerah kali ya sampai ikut band juga karena saya ingin punya grup musik tapi enggak punya alatnya jadi ya sudah saya bikin sendiri aja alatnya akhirnya saya bikin angklung lama-lama bikin kulintang juga," kata PMaman.
Maman bercerita bahwa dalam seni musik ia mampu menguasai teori notasi dari notasi angka, notasi balok hingga accord (akor). Selain itu dia juga khatam sejarah musik dan mampu memainkan alat-alat musik daerah hingga lagu barat.
"Ya pokoknya saya 75% menguasai lagu-lagu daerah dari Aceh sampai Papua, saya juga bisa not balok padahal guru seni sekarang saja banyak yang tidak menguasai not balok hanya notasi angka saja," lanjut Maman.
Keinginan menjadi seniman itu terhenti sejak Maman menerima tawaran mengajar. Sang istri, Tati Suprapti (70), juga tak merestui keinginan Maman untuk bekerja di bidang seni.
"Ya kata istri waktu itu engga usah diterusin lah itu engga ada masa depannya ya sudah saya pilih mengajar, emang saya nasibnya kayaknya untuk berbagi ilmu, jalannya dari Tuhan ya gitu," kata Maman yang lahir pada 17 Oktober 1940 di Bandung.
Namun Maman tetap mensyukuri pilihannya tetap mengajar. Ia masih tetap dapat bermain alat musik tradisional bahkan menurunkan bakatnya kepada anak didiknya di sekolah.
Bahkan ketika ditanya pengalaman paling tidak terlupakan selama 40 tahun mengajar, Pak Maman dengan ceria menceritakan
"Dulu waktu membuat keterampilan dari bambu kayak kursi dari bambu, meja dari bambu sampai alat musik dari bambu saya ingat sampai ada seorang anak yang terampil sekali dan akhirnya sekarang malah jadi pengusaha mebel," ujar Maman yang mengenakan baju koko saat bersantai di rumahnya.
Sukses muridnya itu membuatnya bangga karena sejak memutuskan berkiprah di dunia mengajar dia berprinsip bahwa seni yang diajarkannya tidak melulu harus berupa notasi angka, notasi balok dan musik, namun keterampilan tangan dan seni rupa juga harus diajarkan kepada anak.
Cintanya kepada musik sekaligus dunia pendidikan membuatnya ingin terus mengajar meski sudah di usia senja.
(dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini