Kisah Keluarga Tak Mampu Kuliahkan Anak di UGM: Sopir Angkot hingga Pemulung

Kisah Keluarga Tak Mampu Kuliahkan Anak di UGM: Sopir Angkot hingga Pemulung

Bagus Kurniawan - detikNews
Senin, 01 Agu 2016 19:05 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikom
Yogyakarta - Sekitar 30 persen mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka diterima di berbagai jurusan dan mendapat beasiswa program Bidikmisi.

Salah satunya keluarga Mawardi (65) asal warga Kampung Baru, Desa Masbagik Utara, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Mawardi sehari-harinya adalah sopir angkot di NTB dengan penghasilan tidak lebih dari Rp50 ribu setiap harinya. Anak sulungnya Mutmainnah diterima di Fakultas Farmasi. Mutmainnah sulung, tiga bersaudara itu mendapat beasiswa Bidikmisi itu, selama kuliah. Dia dibebaskan dari biaya pendidikan hingga selesai.

Dalam pertemuan dengan antara pimpinan UGM, Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati, MSc, PhD menyerahkan sepeda kepada Mawardi. Sepeda tersebut akan digunakan selama kuliah. Mawardi pun sempat menangis tak kuasa menahan haru ketika menerima sepeda tersebut. Dia langsung bersujud syukur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulilah, saya hanya bisa berucap syukur. Keinginan anak ingin kuliah akhirnya bisa terwujud," ungkap Mawardi seusai acara "Temu Orang Tua Mahasiswa Baru UGM di Gedung Grha Sabha Pramana (GSP), Senin (1/8/2016).

Mawardi mengaku perjuangan panjang untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Anaknya Mutmainnah memang bercita-cita sejak kecil untuk kuliah di UGM.

Dia mengaku selalu mendukung kemauan puterinya tersebut, meski harus pontang-panting mencukupi kebutuhan keluarga dengan tiga orang anak itu. Menurutnya Mutaminnah selama bersekolah sejak SD, SMP hingga SMA terus tekun belajar dan berprestasi.

"Seperti mimpi ketika pengumuman anak saya diterima di Farmasi UGM. Saya terus mendorong anak-anak saya agar bisa sekolah setinggi-tingginya," katanya.

Selain Mawardi, ada empat orangtua mahasiswa lainnya yang menerima bantuan sepeda yakni Permana Suskalanggeng, seorang pemulung asal Pendowoharjo, Sleman. Anaknya Muhammad Wiskha Al Hafiidh Suskalanggeng diterima di Fakultas Kedokteran UGM.

Selanjutnya Jumadi, seorang pedagang es tebu asal Pontianak. Anaknya di Ridaha Wahyuningtyas di terima di Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran (FK).

Mawardi (Foto: Bagus Kurniawan/detikcom)

Mustofa, seorang pedagang pakaian di Denpasar, Bali, adalah orang tua Ahmad Fauzi yang masuk di prodi Ilmu Akuntansi FEB. Ani Sugiarti orangtua Tiffani Febriana, seorang penjaga toko di Wonosobo, Jawa Tengah diterima di Prodi Pariwisata, FIB.

Semua itu merupakan perwakilan orang tua mahasiswa penerima beasiswa bidik misi UGM. Beasiswa bidik misi merupakan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kepada mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

Di hadapan Rektor UGM dan para orang tua lainnya, Permana Suskalanggeng mengaku senang mengetahui anaknya, Muhammad Wishka Al Hafiidh Suskalanggeng, berhasil diterima kuliah di Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM, bahkan gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Dia tidak menyangka anak seorang pemulung bisa masuk kuliah di UGM.

Permana berkisah sehari-hari dia bisa memulung sampah atau rongsokan dari satu desa ke desa lain di wilayah Sleman. Hasilnya tidak lebih dari Rp. 900 ribu yang hanya pas-pasan untuk membiayai hidup keluarganya dengan tiga anak.

"Semoga kelak anak saya bisa membantu sesama dan ikut membangun bangsa dan negara melalui bidang kesehatan," kata Sus panggilan sehari-harinya.

Rektor UGM, Dwikorita mengatakan kehadiran para orangtua yang tidak mampu itu diharapkan dapat memberikan inspirasi para orang tua mahasiswa lainnya untuk terus semangat mendukung putera-puterinya meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.

"Kendala ekonomi bukan menjadi penghalang untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Semua bisa kuliah di UGM asal berprestasi," katanya. (bgs/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads