Keenam Istana tersebut adalah Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, dan Istana Tampaksiring di Bali.
"Keseluruhan untuk koleksi waktu 2011 dilakukan uji petik itu Rp 1,5 triliun tapi dikonversikan 2016 itu Rp 2,5 triliun karena ada kenaikan tafsiran market," kata kritikus seni, Agus Dermawan T, di Galeri Nasional, Jalan Medan Merdeka Timur, Senin (1/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Agus menambahkan, nilai dari suatu karya seni bisa meningkat atas beberapa alasan. Salah satu faktornya adalah, semakin sering suatu karya dipamerkan semakin tinggi pula harganya.
"Karya Raden Saleh (Penawanan Pangeran Diponegoro) diuji petik tahun 2011 harganya Rp 50 miliar. Para ahli art marker dan pengamat itu menafsirkan sekarang Rp 150 miliar," jelasnya.
"Itu kira kira kaya rumahlah soal seni lukis. Semakin prestisius tempatnya institusi yang menyimpan semakin tinggi, apalagi ada pameran seperti ini, makin tinggi nilainya," sambung dia.
![]() |
Hari ini sampai sebulan ke depan tepatnya tanggal 30 Agustus 2016, pihak Istana bekerja sama dengan Galeri Nasional akan melakukan pameran lukisan-lukisan Istana. Dari total perkiraan 3.000 lukisan yang ada, akan ditampilkan 28 lukisan yang berkesesuaian dengan tema 17/71 : Goresan Juang Kemerdekaan di Galeri Nasional Indonesia.
Pameran ini merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Istana Kepresidenan yang mendapatkan amanah untuk merawat koleksi-koleksi terbaik itu.
Adapun daftar koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang akan ditampilkan adalah:
1. Affandi, Laskar Rakyat Mengatur Siasat, 1946
2. Affandi, Potret H.O.S. Tjokroaminoto, 1946
3. Basoeki Abdullah, Pangeran Diponegoro Memimpin Perang, 1949
4. Dullah, Persiapan Gerilya, 1949
5. Harijadi Sumadidjaja, Awan Berarak Jalan Bersimpang, 1955
6. Harijadi Sumadidjaja, Biografi II di Malioboro, 1949
7. Henk Ngantung, Memanah, 1943 (reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo)
8. Kartono Yudhokusumo, Pertempuran di Pengok, 1949
9. Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857
10. S.Sudjojono, Di Depan Kelambu Terbuka, 1939
11. S. Sudjojono, Kawan-kawan Revolusi, 1947.
12. S. Sudjojono, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, 1964
13. S. Sudjojono, Mengungsi, 1950
14. S. Sudjojono. Sekko (Perintis Gerilya), 1949
15. Sudjono Abdullah, Diponegoro, 1947
16. Trubus Sudarsono, Potret R.A. Kartini, 1946/7
17. Gambiranom Suhardi, Potret Jenderal Sudirman, 1956
18. Soerono, Ketoprak, 1950
19. Ir. Sukarno, Rini, 1958
20. Lee Man-Fong, Margasatwa dan Puspita Nusantara, 1961
21. Rudolf Bonnet, Penari-penari Bali sedang Berhias, 1954
22. Hendra Gunawan, Kerokan, 1955
23. Diego Rivera, Gadis Melayu dengan Bunga, 1955
24. Miguel Covarrubias, Empat Gadis Bali dengan Sajen, sekitar 1933-1936
25. Walter Spies, Kehidupan di Borobudur di Abad ke-9, 1930
26. Ida Bagus Made Nadera, Fadjar Menjinsing, 1949
27. Srihadi Soedarsono, Tara, 1977
28. Mahjuddin, Pantai Karang Bolong, tahun tak terlacak (sekitar 1950-an) (mad/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini