"Kontrak manajemen sekolah (dengan) Turki habis November tahun lalu," ucap Muhadjir menjawab pertanyaan wartawan di kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Hal itu diungkapkan Muhadjir menyusul adanya pernyataan dari Kedubes Turki yang meminta pemerintah Indonesia menutup sekolah-sekolah yang diduga berafiliasi dengan Fethullah Gulen, tokoh yang disebut Presiden Erdogan sebagai teroris. Kedubes menyebut 9 sekolah yang ada di Indonesia berafiliasi dengan Gulen. Kesembilan sekolah itu yaitu Sekolah Pribadi Depok, Sekolah Pribadi Bandung, Sekolah Semesta Semarang, Sekolah Kharisma Bangsa, Sekolah Kesatuan Bangsa, Sekolah Fatih Banda Aceh, dan Sekolah Teuku Nyak Arif Fatih Banda Aceh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Muhadjir, bila kontrak sudah selesai maka tidak bisa dikaitkan lagi antara Gulen dengan sekolah yang sempat melakukan kerjasama. "Bantuan manajemen ini kan sifatnya kontraktual, selesai kontraknya ya selesai," kata mantan Rektor UMM yang baru dua hari menjabat sebagai menteri ini.
Sehingga meski pernah terjalin kerja sama dengan Pasiad, sekolah-sekolah tersebut bisa tetap buka. Para siswa juga bisa mengikuti pelajaran seperti biasa.
"Siswanya tetap sekolah. Siswanya tidak kenapa-kenapa. Ya nggak (ditutup), masa mengorbankan siswa kita hanya karena teror (di Turki)," kata Muhadjir.
Muhadjir memastikan kurikulum yang digunakan sekolah-sekolah yang pernah kerja sama dengan Pasiad adalah sistem kurikulum nasional meski mereka menggunkan dua bahasa dalam kegiatan belajar mengajar.
"Yang paling menonjol kan hanya bilingualnya saja sebelumnya, ada bahasa Indonesia dan Bahasa Turki, karena ada kemungkinan dapat beasiswa sekolah ke Turki," katanya.
Senada dengan Muhadjir, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Thamrin Kasman mengatakan sembilan sekolah yang disebutkan itu sudah tidak ada afiliasi lagi dengan Pasiad dan tidak ada hubungannya dengan Gulen sejak kerja sama selesai akhir 2015 lalu.
"Sejak Pasiad ditutup oleh Kemlu pada November 2015, semua sekolah tersebut sudah tidak ada afiliasi dengan Pasiad," kata Thamrin.
Sembilan sekolah itu juga sejak awal menggunakan kurikulum nasional, bukan kurikulum Turki. " Sejak dibuka, sekolah ini menggunakan kurikulum nasional, plus bilingual untuk MIPA dan bahasa Turki," ucapnya.
Baca juga: Klarifikasi 9 Sekolah di Indonesia yang Dituding Kedubes Turki Terkait Gulen (slm/nrl)