"Sejak kecil, dia penurut dan nggak pernah macam-macam," kata ibu Ima, Alimah, di rumahnya, Dusun Krajan, Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Selasa (27/7/2016).
Ima menghabiskan masa kecil hingga remaja bersama keluarga di Malang. Ia mulai merantau setelah gagal menyelesaikan pendidikan di kelas 1 SMA karena dinikahkan. Rumah tangga Ima gagal, kemudian ia pergi ke AS menjadi TKI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mbak itu baik, nriman (berlapang dada atau mau menerima keadaan)," kata adik Ima, Haris Susana.
Selama hampir 20 tahun merantau, baru 3 kali Ima 'mudik' ke Indonesia. Itu pun tidak lama. Selama ini, dia hanya berkomunikasi via telepon.
"Sering kasih kabar, mau ke Prancis, Inggris, atau negara lain bersama orang tempatnya bekerja," kata Alimah.
![]() |
Ima dijadwalkan akan berpidato di Konvensi Nasional Partai Demokrat AS. Dia menyampaikan pengalaman sebagai survivor sekaligus visi penanganan perbudakan dan perdagangan manusia.
Dalam rilis yang diterima detikcom har ini, KBRI di Washington DC mengatakan Ima memang berasal dari Indonesia, dan sudah berganti kewarganegaraan. Meski demikian, KBRI tetap berhubungan baik dengan Ima. Salah satu buktinya, Ima diundang dalam pelatihan kepada staf KJRI pada April 2016 lalu.
(trw/trw)