Seperti apa suasana saat Santoso diserbu Satgas Tinombala dari Batalyon 515 Kostrad, Jember, Jawa Timur?
Jumiatun alias Umi Delima, istri Santoso yang tertangkap pada Sabtu (23/7/2016) atau sepekan setelah suaminya tewas menjelaskan kronologi baku tembak dengan Satgas Tinombala dari Batalyon 515 Kostrad, Jember, Jawa Timur. Kronologi itu dia sampaikan kepada Tim Satgas Tinombala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() Jumiatun, istri Santoso saat tertangkap, Sabtu (23/7/2016) kemarin. |
Menurut Jumiatun, Senin petang itu mereka tengah menunggu santap malam yang disiapkan oleh Muhtar dan Sobron. Sambil menunggu makan selesai dimasak, Santoso dan Jumiatun bercengkerama di bawah pohon nangka.
Adapun Basri dengan istrinya serta Hilal berada di bawah pohon coklat. Sementara Muhtar dan Sobron sedang memasak di bawah pondok.
Saat itulah tiba-tiba terdengar suara tembakan. "Kesemuanya dikagetkan dengan tembakan dari petugas (Satgas Tinombala)," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/7/2016).
Salah satu tembakan petugas berhasil bersarang di tubuh Santoso. Santoso berusaha lari, namun peluru kembali menembus punggungnya. "Santoso lari dan terkapar setelah terkena tembakan dari aparat," kata Hari.
Basri, istrinya dan Hilal serta Sobron melarikan diri. Jumiatun tak ikut lari. Dia memilih mendekati Santoso yang sudah terkapar. Melihat sang suami sudah tak berdaya, Jumiatun kemudian membawa mengambil senjata SS2 yang dipegang oleh Santoso.
"Selanjutnya Jumiatun berlari ke arah bukit yang penuh rumput lebat dan tinggi," papar Hari.
Sepekan setelah melarikan diri, Jumiatun akhirnya turun gunung dan tertangkap oleh Satgas Tinombala. Saat ini Jumiatun tengah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara di Palu, Sulawesi Tengah.
(erd/trw)












































