Walikota Bogor, Bima Arya mengatakan program ini adalah program mulia. Karena dengan program ini dapat membuka akses membaca yang lebih luas bagi penyandang disabilitas tuna netra untuk membaca.
Baca Juga: Bogor, Kota Pertama Penerima Tantangan Berbagi Buku untuk Tuna Netra
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tercatat ada sebanyak 500 relawan dari Kota Bogor yang siap menulis ulang buku konvensional ke dalam bentuk braile dan bentuk digital. Nantinya, kemudian akan diunggah ke dalam situs seribubuku.kemi.or.id.
Program ini akan secara berantai dijalankan juga di kota lain di Indonesia. Caranya adalah kota yang sudah menjalankan akan menantang kota lain untuk melanjutkan program.
Bogor sebagai kota penerima tantangan pertama, melalui walikotanya, menantang Kota Bandung untuk menerima tantangan ini. Bima Arya menyebut Walikota Bandung, Ridwan Kamil sebagai sosok muda yang kreatif dan bisa mendorong semangat relawan.
"Kolega saya, kepada, yang dikenal kreatif dan bisa mendorong semangat relawan. Dengan follower sebanyak 3,7 juta jiwa. Saya minta Kang Emil menerima tantangan berbagi buku untuk tuna netra ini," ucap Bima Arya.
"Saya percaya Kang Emil bisa sebarkan virus kerelawanan sehingga teman di Bandung juga bisa berbagi cerita. Sehingga teman-teman tuna nerta bisa melihat dunia. Selamat berjuang Bandung," tambahnya.
Ketua Pembina Yayasan Mitra Netra, Anita Ratnasari Tanjung sebelumnya mengatakan program ini adalah hasil kerja sama pemerintah dengan Yayasan Mitra Netra dan perusahaan komputer IBM. Program ini bertujuan menyediakan bacaan kepada penyandang tuna netra melalui jaringan internet.
Presiden Direktur, IBM Gunawan Susanto mengatakan, selain berupaya menyediakan bacaan kepada tuna netra, IBM juga berencana mengajak para penyandang untuk berlatih jadi programer.
"Kita bersama elemen masyarakat lain untuk menggulirkan tantangan berbagi buku ini, agar teman-teman tuna netra dapat melihat dunia. Yang sedang kita lakukan lagi ialah menciptakan programer tuna, kita gali bakat teman-teman dengan berbasis PHP dan Linux," ujar Gunawan.
"Yang lebih penting sebenarnya adalah think tank program ini. Apa sih kritiknya? Misal programer, teman tuna netra yang sudah buat software dan sensor apa betul itu kebutuhan mereka?" imbuh Gunawan. (fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini