Kunjungi T3 Ultimate, Menlu: Bagus, Jakarta Harus Bisa Jadi Transit Internasional

Kunjungi T3 Ultimate, Menlu: Bagus, Jakarta Harus Bisa Jadi Transit Internasional

Ahmad Masaul Khoiri - detikNews
Rabu, 20 Jul 2016 13:08 WIB
Retno Marsudi didampingi Budi Karya/Foto: Ahmad Masaul Khoiri
Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengunjungi Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang. Retno terkesan dengan terminal yang tengah dalam proses pengerjaan tahap finishing ini.

"Ini saya janjian dengan Pak Budi Karya (Dirut AP II). Saya dari Surabaya karena masih satu rangkaian kunjungan PM New Zealand ke Indonesia. Saya termasuk orang sangat sering pergi, frequent traveller. Setiap saya pergi kan ada pelajaran ada hal-hal yang saya cermati saya catat dan sebagainya yang mungkin saat saya melihat persiapan atau pembangunan terminal baru ini mungkin ada hal-hal baru yang bisa saya sampaikan kepada AP II," ujar Retno kepada wartawan di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Rabu 20/7/2016).

Budi Karya memberikan penjelasan mengenai T3 Ultimate ke Retno Marsudi
Menlu Retno didampingi Dirut AP II Budhi Karya Sumadi dan sejumlah rombongan, melihat-lihat pembangunan terminal tersebut. Kepada Retno, Budi Karya memperlihatkan sejumlah lukisan karya anak dalam negeri yang terpampang di T3 Ultimate.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mengunjungi sudut-sudut Terminal 3 Ultimate, Retno menyatakan Terminal 3 Ultimate sudah baik. Persiapan selanjutnya kata dia, bukan lagi soal pembangunan, melainkan untuk menjadikan Jakarta sebagai destinasi dan siap menjadi tempat transit.

"Saya melihat cukup gagah, bagus, bagus sekali. Kalau kita sudah siap, ini adalah persiapan kita untuk penumpang Jakarta sebagai destinasi. Tetapi pada saat yang sama kita harus siap menjadikan Jakarta sebagai tempat untuk transit," kata Retno.

Retno didampingi Budi Karya melhat-lihat lukisan yang tertempel di T3 Ultimate
Bandara yang menjadi tempat transit, kata Retno, harus dilengkapi fasilitas-fasilitas yang mengakomodir kebutuhan konsumen secara memadai. Efeknya adalah kesan nyaman dan aman yang nantinya akan dirasakan oleh penumpang, salah satunya ketersediaan wifi gratis.

"Sebagai tempat transit ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dari sejak awal. Banyak sekali bandara di negara maju pada saat kita masuk misalnya tidak ada wifi atau harus beli dan sebagainya. Di dunia yang serba terkoneksi itu harus menjadi keharusan. Orang yang masuk ke bandara ini ia tetap terhubung dengan dunia, antara lain dengan fasilitas wifi," kata Retno.

"Kalau dalam transit ke luar negeri varian tunggunya bermacam-macam dan kalau sampai 5 jam berarti hal-hal pokok yang bisa mereka kerjakan dalam waktu itu bisa terakomodir di bandara ini. Dari fasilitas shower, kemudian fasilitas-fasilitas lain harus ada," sambung Retno menjelaskan.

"Biasanya kelemahan kita ada di restroom. Jadi harus optimal lagi jika kita ingin diterima publik luar," ujar Retno lagi.

Menurut Retno, perubahan yang sangat signifikan dari konsep bangunan dan lain sebagainya ini harus diikuti dengan perubahan signifikan dari manusianya. Dimulai dari menerima tamu, chek in harus menciptakan satu gambaran bahwa Jakarta adalah tempat yang aman dan nyaman.

"Jadi tidak ada gunanya tempat bagus kalau tidak diikuti dari SDM yang mengoperasikannya. Saya tanya SDM sudah siap pula dan juga aspek securitinya. Karena airport yang besar kita harus pula menjaga airport ini dijadikan sasaran orang yang memiliki niat jahat," pungkas dia. (fjp/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads