"Kami sudah melakukan tes terhadap sampel Arya, tapi baru sebagian yang keluar hasil labnya. Sisanya masih membutuhkan waktu," kata ketua tim dokter RSHS, Julistio TB Jasmine kepada wartawan di RSHS Bandung, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Senin (18/7/2016).
Sampel yang diambil dari bocah berbobot 187 kilogram itu bertujuan untuk mengetahui faktor lainnya seperti hormonal dan indikasi adanya komplikasi. Sebab, kasus serupa selalu mengarah pada faktor tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Julistio mengatakan selama beberapa hari tinggal di RSHS, tim dokter sudah mengkaji kebiasaan-kebiasaan Arya dalam hal asupan makanan. Termasuk juga menggali informasi dari orang tua Arya sebelum dibawa ke RSHS.
Berdasarkan kajian tersebut, ujar dia, Arya memang memiliki perilaku yang kurang baik. Terlebih ketidaktahuan orang tua Arya soal makanan seimbang.
"Jadi selama di rumah sakit kami kasih pemahaman soal asupan gizi yang baik untuk Arya. Terutama pola hidup yang bisa membuat berat badan Arya bisa normal secara bertahap," ungkap dia.
Ia berharap gambaran serta catatan khusus untuk program diet Arya bisa tetap berjalan sesuai dengan rencana. Namun, jangan sampai melakukan diet ekstrem hingga membuat Arya sakit.
"Kami tetap sarankan makan tiga kali sehari, karena itu cukup. Jangan sampai terlalu bersemangat sampai makan cuma dua kali saja, itu juga berbahaya bagi kesehatan," ujar dia. (try/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini