Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Budi Hermanto menekankan satu hal yang menjadi rekomendasi, yakni berkaitan dengan SOP pembesuk untuk disamakan, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
"Karena kemarin kita lihat ada pemeriksaan sidik jari dan foto untuk pembesuk laki-laki, sementara perempuan tidak diberlakukan sidik jari. Kecuali ada pembesuk perempuan yang mencurigakan dari postur atau gerak-geriknya, sementara postur Anwar kecil dan jalannya pun seperti perempuan," jelas Budi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (18/7/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kedua, kami melihat juga volume jumlah tahanan sudah melebihi kuota yang ada. Jumlah 3.484 (napi), sementara harusnya di sana itu 1.500. Selama kemarin dibesuk 3.500 sekian itu hanya 37 orang dan 10 orang di lokasi kita rekonstruksi dan tidak ada pengawasan," paparnya.
"Personel (penjagaan) total 70-an. Rekomendasinya bisa penambahan personel atau ubah SOP kunjungan dan pengamanan, ini kan (kunjungan Idul Fitri) sesuatu yang rutin, tiap tahun seperti Idul Fitri, Natal, Idul Adha," sambungnya.
Merujuk data pembanding jumlah pembesuk ke Rutan Salemba yang terus meningkat dari tahun 2014-2015, menurut Budi seharusnya pola pembesukan diubah. "Pola jam besuk dan pengamannya harus diubah," imbuhnya.
Terakhir, ia merekomendasikan adanya petugas khusus yang dikhususkan untuk menjemput tahanan dari Rutan ke suatu tempat seperti pengadilan, seperti US Marshal yang dimiliki AS.
"Atau apakah dibentuk satuan khusus, khusus untuk menangani tahanan yang kabur atau ada satuan khusus ketika memindahkan tahanan dari satu tempat ke tempat lain. Melibatkan satuan khusus seperti Polsuska, kalau di luar negeri seperti US Marshal, nah kita sedang merumuskan untuk rekomendasi itu," pungkasnya. (mei/Hbb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini