"Kami meminta maaf kepada masyarakat. Meski kami juga jadi korban, namun masyarakat adalah pihak yang paling dirugikan," ujar Deasy di Kantor Kusumanegara & Partner di Graha Indorama, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (16/7/2016).
Deasy mengatakan pihaknya tidak mengetahui bahwa vaksin yang digunakannya adalah vaksin palsu. Dia menceritakan awalnya RS dr. Sander B Cikarang menggunakan vaksin palsu adalah karena stok vaksin yang langka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Periode kelangkaan vaksin itu dikatakan Deasy berawal dari sekitar Maret-Mei 2015. Kemudian, RS dr Sander B Cikarang membeli kepada distibutor CV Azka Medical selama periode April 2015 hingga April 2016.
Setelah Kementerian Kesehatan mengeluarkan daftar 14 RS yang menggunakan vaksin palsu, Deasy mengaku banyak orang tua pasien yang datang ke RS. Pihak RS kemudian membuat crisis center.
"Banyak keluarga pasien yang datang ke kami. Kami buat juga crisis center. Setelah dapat info dari kementerian, ternyata ada 7 macam vaksin yang dipalsukan. Ternyata ada 2 vaksin yang kita beli yang merupakan vaksin palsu, yaitu pediacel dan tuberculin," ucapnya.
RS dr. Sander B cikarang mencatat ada sebanyak 63 pasien yang positif menggunakan vakain palsu. Pasien tersebut terdiri dari 35 pasien yang menggunakan Pediacel dan 28 pasien yang menggunakan tuberculin.
Deasy mengatakan, kebanyakan dari pasien tersebut berumur 1-2 tahun. Atas kejadian ini, RS dr. Sander B Cikarang memberikan vaksin ulang kepada para pasien tersebut. Pihak RS dr. Sander B Cikarang hingga hari ini sudah memberikan vaksin ulang kepada satu pasien.
"Kemarin kita sudah memberioan vaksin ulang kepada satu pasien. Pasien itu sebelumnya mendapatkan vaksin palsu Pediacel. Prosedur yang kami lakukan adalah seturut dengan dokter anak. Tetap prosedur pemberian vaksin harus anaknya tidak dalam kondisi sakit. Tapi untuk medical check up kita tunggu arahan dari Menkes," ujar Deasy. (tor/tor)











































