Rani, salah satu orang tua pasien vaksin palsu menceritakan anaknya yang berumur 9 bulan pernah divaksin DPT di RS Harapan Bunda.
"Sejak lahir di Harapan Bunda dengan dokter Harmond. Beliau bilang vaksin DPT sulit sejak Maret. Di sana itdak tersedia Vaksin DPT. Tapi masih dapat pediacel resmi dari RS Harapan Bunda. Bulan Mei harus dapat lagi, sekarang memang kosong," ungkap Rani saat beraudiensi dengan etua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (16/7/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang menjadi pertanyaan. Pediacel dari Indra kodenya sama persis dengan pemeriksaan kode Menkes. Apakah imunisasi itu asli atau palsu," tanya Rani.
Kekecewaan senada disampaikan Agus yang menuntut RS Harapan Bunda menanggung biaya vaksin ulang. Dia juga mengaku paranoid apabila anaknya harus divaksin ulang di RS Harapan Bunda.
"Kami tidak mungkin vaksin ulang di rumah sakit yamg sama. Biaya itu harus ditanggung rumah sakit. Adanya keterangan mengenai tidak ada efek, kami ingin bukti. Apakah ada riset yang dilakukan? Yang ditakutkan ini adalah generasi bangsa. Apakah ini suatu rencana untuk merusak generasi? Artinya penjelasan terlalu dini tentang tidak ada efek sama sekali. Kalau tidak ada efek, berani tidak cucunya Ibu Menkes divaksin palsu? Kami ingin ada riset resmi kalau tidak efek. Kalau istilah kami tetap paranoid," ungkap Agus.
Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur, dr Finna, menegaskan siap bertanggung jawab mengenai vaksin .
"Seandainya mau vaksin di rumah sakit lain, kami bersedia membatu menfasilitasi. Mungkin Kemenkes menunjuk satu rumah sakit yang dimonitor terus. Kami sampaikan beberapa data yang kemungkinan terkena vaksin palsu. Kami akan hubungi satu per satu orang tua. Untuk ini kami butuh konsentrasi. Kami butuh pengertian Bapak Ibu mengenai ada data update dari Bareskrim, Kemenkes akan kami update pelan-pelan," kata Fanni.
Menurut Fanni, RS Harapan Bunda tidak pernah memesan vaksin palsu. "Kami lakukan investigasi internal. Di situlah pada Kamis, kami sudah diperiksa. Di situ diketahui memang ada penjualan vaksin palsu melalui oknum. Itu tanpa sepengetahuan kami. Itu tidak kami sangkal. RS Harapan Bunda tidak pernah memesan vaksin dari yang disebutkan. Ini oknum dari yang sangat tidak manusiawi. Kami minta Bareskrim diusut sampai tuntas," tandas Fanni. (aan/tor)











































