RS Permata Bekasi akan Data Pasien Penerima Vaksin Palsu

RS Permata Bekasi akan Data Pasien Penerima Vaksin Palsu

Nathania Riris Michico - detikNews
Sabtu, 16 Jul 2016 11:05 WIB
Foto: Ilustrator Andhika Akbarayansyah
Jakarta - RS Permata Bekasi akan mendata pasien penerima vaksin pediacel palsu. Pihak RS memang mengakui membeli vaksin dari distributor tidak resmi yang ternyata produk palsu.

"Langkah-langkah kami sebagai bentuk tanggung jawab, kami akan memverifikasi data pasien penerima vaksin Pediacel palsu. Kami akan menghubungi pasien tersebut lewat telepon dan surat resmi, dan memvaksinasi ulang dengan vaksin dari distributor yang direkomendasikan oleh Kemenkes secara gratis," kata bagian pelayanan kesehatan RS Permata Bekasi, dr Siti Yunita memberikan keterangan di RS Permata Bekasi Jl Legenda Raya, Mustikajaya, Bekasi, Sabtu (16/7/2016).

Setelah pendataaan, anak-anak yang menerima vaksin palsu akan ditangani dokter anak di RS tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: RS Permata Bekasi Tak Tahu Vaksin yang Dibeli Ternyata Palsu)

Terkait kejadian ini, pihak RS balik mempertanyakan kinerja Kementerian Kesehatan karena tidak pernah merilis distributor vaksin resmi. Akibat ketiadaan informasi, RS menurut Siti membeli vaksin dari distributor-distributor yang ternyata menjual vaksin palsu.

Staff holding RS Permata Bekasi dr. Ahmad (Foto: Nathania Riris M Tambunan/detikcom)


"Harusnya Kemenkes mengkarifikasi dulu. Kami ini harusnya juga korban karena tahu-tahu masalah vaksin palsu di blow up. Nah kalau memang sudah ada dari tahun 2003 kok baru yang dari 2014, nah harusnya tidak berikan pengumuman dulu," ujar staff holding RS Permata Bekasi dr. Ahmad yang ikut menyampaikan keterangan.

Sorotan kasus vaksin palsu ini sambung Ahmad berimbas kepada RS. Dia menyebut terjadi penurunan jumlah pasien yang datang gara-gara kasus ini. Namun saat ditanya angka penurunan jumlah pasien yang terjadi, Ahmad tidak bisa memberikan jawaban rinci.

"Sejak diumumkan pasien kita jadi berkurang. Harusnya ada sikap preventif dari Kemenkes, ada pencegahan terlebih dahulu. Karena ini masih proses penyelidikan berarti jumlah ini akan bertambah terus kan, ini membuat pasien kita jadi ragu bahwa kita akan tanggung jawab," kata Ahmad. (fdn/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads