Mereka tidak percaya meskipun pihak RS sudah memberikan pernyataan bahwa vaksin palsu yang beredar di RS itu sejak Maret hingga Juni 2016.
Data Kemenkes |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahmat menambahkan karena sudah waktunya mendapatkan imunisasi, mau tidak mau adiknya harus mengambil vaksin tersebut.
![]() |
Begitu pula yang dialami oleh orang tua pasien lainnya, Intan Nugraha. Dia sempat menerima tawaran suster yang menawarkan vaksin karena stok di RS habis.
Intan tidak curiga karena meskipun mahal, ia ingin memberikan yang baik kepada anaknya. Vaksin yang mahal, dikatakannya tidak akan membuat anak demam.
"Alasan suster, stok vaksin habis jadi ini secara pribadi. Saya ditawari karena saya gak tau menahu vaksin palsu awalnya belum ada saya percaya aja. Dokter bilang mumpung ada," ujar Intan.
Pasien lainnya, Erlis, mengaku sudah bertemu dengan pihak RS bersama beberapa orang lainnya. Dia mengaku mendapatkan keterangan dari pihak RS bahwa vaksin palsu yang beredar kemungkinan besar tidak akan melewati kasir dalam pembayaran vaksinnya.
"Kalau tadi pihak komite RS bilang kalau imunisasi yang pakai kwitansi dan bayar di kasir itu aman. Tapi kalau bayarnya tidak lewat kasir, itu bahaya," ujar Erlis.
Namun Erlis belum percaya dan ia menunggu keterangan dari pihak RS. Sebab pihak RS akan kembali memberikan keterangan pada pukul 13.00 WIB nanti. (rvk/rvk)












































Data Kemenkes