RS Elisabeth Akui CV Azka Medika Supliernya Sejak November 2015

RS Elisabeth Akui CV Azka Medika Supliernya Sejak November 2015

Elza Astari Retaduari - detikNews
Jumat, 15 Jul 2016 01:26 WIB
Direktur RS Elisabeth temui orang tua korban vaksin palsu. Foto: Dok. Bryan Alexanders
Jakarta - Direktur RS Elisabeth Bekasi yang menjadi salah satu pemakai vaksin palsu, dr Antonius Yudianto bersedia menemui orang tua yang anaknya diimunisasi di rumah sakit tersebut. Antonius mengakui bahwa pihaknya menggunakan CV Azka Medika sebagai suplier.

Pengakuan tersebut disampaikan Antonius kepada sejumlah orang tua yang mendatangi RS Elisabeth di Jl Raya Narogong No 202, Kemang Pratama, Bekasi, setelah mendapat informasi 14 rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu, Kamis (14/7/2016). Salah satu orang tua, Bryan Alexanders menuturkan soal hasil pertemuan dengan Direktur dan sejumlah petinggi RS Elisabeth.

"Saya tadi datang sekitar pukul 19.30 WIB sudah ramai. Soalnya rumah sakit dihubungi lewat telepon susah, enggak masuk-masuk. Sibuk terus. Ada sekitar 10-15 orang tua yang sedang debat di depan customer service," ujar Bryan saat dihubungi detikcom, Kamis (14/7/2016) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

orang tua berkumpul meminta penjelasan RS Elisabeth. Dok. Bryan
Para orangtua yang sebagian membawa anaknya itu meminta klarifikasi dari pihak rumah sakit terkait informasi soal vaksin palsu itu. Mereka awalnya hanya dilayani oleh pihak humas saja sehingga para orang tua itu menuntut agar dipertemukan dengan pihak rumah sakit yang jauh lebih berkompeten untuk membicarakan masalah ini.

Setelah menunggu cukup lama serta ada perdebatan dan lobi-lobi, akhirnya dr Antonius bersama perwakilan dari bagian farmasi RS Elisabeth bersedia menemui para orang tua yang masih bertahan. Mereka mengadakan pertemuan sejak pukul 22.00 WIB hingga jelang pukul 24.00 WIB.

"Diskusilah kami. Intinya mereka menyampaikan permohonan maaf atas kejadian ini. Poin pentingnya adapah apakah CV Azka Medika ini merupakan suplier dan vaksinnya dipakai RS Elisabeth, itu diakui direkturnya," ungkap Bryan.

RS Elisabeth pun membuka data mereka soal rentag pemakaian vaksin dari CV yang diketahui mengedarkan vaksin palsu untuk anak itu. Yakni mulai dari November 2015 hingga Juni 2016. Kepada para orang tua, pihak rumah sakit mengaku saat ini sudah menyetop penggunaan vaksin tersebut.

"Kami meminta pertanggungjawaban bagaimana lantas anak-anak kami. Ada juga orang tua yangg tidak puas. Apakah sebelum rentang waku itu juga sudah masuk, tapi dengan nama CV lain. Itu yg dituntut untuk dibuka, mereka minta waktu untuk menyelidiki. Tadi banyak ortu yang anaknya baru lahir pada lemas karena menerima imunisasi di situ," jelas karyawan swasta ini.

Dari pengakuan pihak rumah sakit, ada dua jenis vaksin yang dibeli dari CV tersebut. Yaitu Pediacel untuk DPT (vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus) serta BCG (imunisasi untuk mencegah penyakit tuberkolosis atau TBC).

Buku rapor imunisasi. Dok. Bryan
"Tapi itu pengakuan dari mereka ya. Untuk (vaksin pencegah) hepatitis kami desak juga apakah masuk, karena begitu lahir anak-anak dipakaikan itu, mereka bilang enggak. Dokter anaknya tidak hadir, dr Haris," kata Bryan.

Setiap orang tua yang anaknya diimunisasi mendapatkan buku rapor untuk mengetahui history dari pemberian vaksin. Label setiap vaksin yang sudah diberikan juga ditempel di buku tersebut. Di buku rapor anaknya, Bryan menyatakan bahwa vaksin-vaksin yang diberikan RS Elisabeth adalah impor dari luar negeri berdasarkan keterangan yang ada di labelnya.

"Rata-rata kalau dari labelnya (vaksin) dibuat di luar negeri. Ada yang Kanada, pokoknya Eropa, tidak ada yang buatan lokal. Makanya kami mempertanyakan kenapa bisa masuk, kenapa barang impor supliernya sekeleas CV," ucapnya.

"Anak saya dapat vaksin di (rentang) waktu itu. Kalau dari label, semua produksinya manufaktur tahun 2014. Rata-rata expired tahun 2017. Artinya vaksin itu sudah 2 tahun umurnya dan jelang expired. Anak saya sekali imunisasi yang paling tinggi harganya Rp 700-800 ribu. Ada yang Rp 400 ribuan," sambung Bryan.

Beruntung sampai saat ini anak Bryan tidak mengidap penyakit yang rentan terhadap anak meski telah menerima vaksin palsu. Meski begitu ia meminta agar pihak rumah sakit memberi pertanggungjawaban. Apalagi biaya yang harus dikeluarkan Bryan dan orang tua lainnya tidaklah kecil.

"Kalau di RS swasta kami menanggung biaya sendiri. Kami ambil imunisasi yang mahal karena katanya kalau vaksin buatan pemerintah bisa bikin anak badannya panas. Katanya kalau yang mahal ini tidak panas. Dan itu benar, anak jadi tidak rewel," tutur dia.

dr Antonius melayani pengaduan orang tua. Dok. Bryan
"Tadi keterangan dari dr Antonius, kita hanya bisa berharap dari kekebalan yang tercipta alami untuk vaksin yang harus diberi di usia tertentu, dan jika waktunya itu sudah terlewati oleh anak. Maka kami minta rumah sakit untuk memberikan penjelasan sejelas-jelasnya," imbuh Bryan.

Soal pengadaan vaksin sendiri, dr Antonius kepada para orang tua menjelaskan bahwa untuk rumah sakit swasta itu diserahkan langsung kepada pihak manajemen dan tidak perlu berkonsultasi pada lembaga kesehatan yang memiliki kewenangan. Saat kasus vaksin palsu mencuat, RS Elisabeth mengaku sudah melakukan pengecekan uang.

"Jadi screening-nya dari RS itu sendiri. Dia bilang sudah melakukan kroscek ke belakang, katanya semua datanya resmi. Sudah screening, CV Azka Medika katanya sudah clear. Tapi ternyata tersangkut kasusnya," beber Bryan.

Pertemuan yang berjalan sekitar 3 jam itu malam ini belum menghasilkan keputusan real apapun. Pihak RS Elisabeth masih akan melakukan sejumlah koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan berjanji akan memenuhi segala harapan para orang tua.

"Kami sepakat masih menunggu tindaklanjutnya seperti apa. (RS Elisabeth) katanya akan berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Anak, perkumpulan rumah sakit swasta, Dinkes Kota, dan lainnya. Kalau ada vaksin ulangg harus ada pihak ketiga yang mendampingi misalnya kemenkes, sehingga kali ini bener. Kami minta kami diberikan pelayanan sebaik-sebaiknya dan tidak boleh ada yang ditutup-tutupi," pungkas Bryan. (elz/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads