3 WNI yang merupakan anak buah kapal diculik 5 pria bersenjata di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Duta Besar RI untuk Malaysia Herman Prayitno mengatakan saat ini koordinasi antara otoritas Malaysia dan Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) terus dilakukan untuk pembebasan ketiga sandera.
"Saya kira sedang ditangani oleh Kemlu (on going process). Pasti nanti akan ada koordinasi," ujar Herman dalam pesan tertulisnya kepada detikcom, Minggu (10/7/2016).
Herman mengatakan pemerintah Malaysia akan memberikan bantuan karena ketiga WNI tersebut diculik di perairan Lahad Datu, yang masih berada di wilayah Malaysia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu Direktur Perlindungan WNI Kemlu Lalu M Iqbal mengatakan saat ini pihaknya telah memperoleh laporan mengenai hal tersebut. "Saat ini kami terus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mengkonfirmasi informasi tersebut," jelas Iqbal dalam pesan tertulisnya.
Kepala Kepolisian Sabah Datuk Abdul Rashid Harun yang mengumumkan identitas 3 WNI itu dalam jumpa pers Minggu (10/7/2016). Mereka berasal dari Indonesia timur, yaitu:
1. Lorence Koten (34)
2. Teo Dorus Kopong (42)
3. Emanuel (46)
Ada 7 orang awak di kapal itu yang terdiri dari 4 WNI dan 3 lainnya adalah "gipsi laut". Para penculik sebelumnya bertanya siapa yang memiliki paspor, 3 WNI mengaku memiliki paspor dan 4 lainnya mengaku tak memiliki dokumen yang lengkap.
Penculik, dari keterangan awak yang dibebaskan, adalah sekitar 5 orang berusia antara 30-40 tahun, 3 di antaranya membawa senjata M14 dan M16 meminta para awak kapal berkumpul di haluan sebelum menculik 3 WNI yang memiliki dokumen. Rashid mengatakan tak ada permintaan uang tebusan yang diterima.
Rashid menduga pelaku penculikan dari kelompok Apo Mike, bagian dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Kelompok ini pula yang menyandera 7 ABK dari Indonesia yang sedang melakukan perjalanan dari Filipina sejak Juni hingga kini. (rni/nrl)