Peristiwa tenggelamnya Andrian terjadi sekira pukul 05.45 WIB, Sabtu (9/7/2016). Saat itu bocah kelas 1 SMP tersebut tengah berenang bersama kerabat dan teman-temannya, sementara Warno sang ayah menunggui putra keduanya M Rafli (6).
![]() |
"Dia berada sekitar dua meter di depan saya, saya sudah meringatin jangan terlalu ke tengah. Dia keasyikan sampai akhirnya ombak datang dan menyeretnya ke tengah. Saya sendiri berlari kepinggir buat nyelamatin si bungsu, lalu berlari lagi ke tengah mencari tubuh anak saya" tutur Warno kepada detikcom di pos pantau SAR Citepus, sekira pukul 11.26 WIB.
Beberapa kerabat sempat ikut berusaha untuk memberikan pertolongan, namun situasi arus yang terlalu kuat membuat upaya penyelamatan itu sia-sia. "Saya sendiri nggak sanggup malah terseret ke tengah, beruntung ada tim SAR yang datang dan menarik ke pinggir. Begitu juga saudara saya yang lain," lirihnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Hingga saat ini proses pencarian masih dilakukan TIM SAR gabungan, Balawista dan Polair. Namun tubuh bocah malang itu masih belum bisa ditemukan. Menurut keterangan Okih Fajri Koordinator Forum Komunikasi SAR Daerah, situasi ombak memang sedang tidak bersahabat. Upaya peringatan sering dilakukan namun hal itu tak berbuah kepatuhan dari para pengunjung.
"Sudah banyak bendera dan papan peringatan, namun peringatan itu tidak dipatuhi. Tim Life guard Balawista juga sudah seringkali meminta agar orang tua selalu mengawasi anaknya agar tidak berenange ketengah, tapi mau gimana pengunjung kebanyakan tak patuh," jelasnya. (dra/dra)













































